Nationalgeographic.co.id—Pertengahan tahun lalu sebuah gairah penjelajahan menggeratak lembah Poso, Sulawesi Tengah. Mereka warga Danau Poso, tim ahli geologi, tim ahli arkeologi, tim ahli biologi, dan tim ahli antropologi.
Ekspedisi Poso, demikian tajuk penjelajahan mereka. Tim ini telah mendokumentasikan puspa ragam budaya dan alam. Mereka juga menghimpun catatan, pengalaman, ingatan atas peristiwa alam dan bencana yang terjadi di Poso. Mereka menempuh perjalanan 231 kilometer, menyinggahi 41 desa, dan tak terhitung jumlah perjumpaan.
Pamona merupakan suku terbesar di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Dalam bahasa mereka “poso” memiliki dua makna. Pertama, kata “poso’o” berarti tangguh. Kedua, kata “maposo” berarti pecah atau terbelah.
Bebatuan, menjadi sumber legenda asal kata Poso. Berdasarkan cerita para orang tua, terdapat bebatuan di wilayah Kabupaten Poso yang strukturnya kuat dan kokoh. Bebatuan itu berada di sepanjang aliran sungai dari Danau Poso menuju laut . Bebatuan ini juga ada dalam legenda tiga batu yang memecah daratan untuk mengalirkan air dari danau menjadi sungai yang mengalir ke laut.
Baca Juga: Keindahan Danau Poso, Danau Ketiga Terbesar di Indonesia
Kita sepatutnya tidak menganggap remeh dongeng rakyat. Moral cerita pada setiap dongeng rakyat biasanya memiliki pesan tentang peristiwa besar, termasuk peristiwa alam yang mengubah kehidupan generasi sebelum kita.
Setiap wilayah yang memiliki kekayaan alamnya melimpah, biasanya memiliki sejarah kuasa pergerakan alam yang akbar. Sayangnya, pengetahuan tentang potensi pergerakan alam yang akbar—atau biasanya disebut sebagai bencana— tidak dimiliki oleh warga yang selama ini tinggal di Kabupaten Poso. Pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa alam biasanya diwariskan hanya melalui cerita dan legenda dari nenek moyang orang Poso. Padahal, pengetahuan dan pemahaman tentang kekayaan alam dan sejarah potensi pergerakan alam akan membantu perencanaan pembangunan sebuah wilayah yang bersahabat dengan alam.
Baca Juga: Saya Pejalan Bijak: Air Terjun Saluopa Obyek Pariwisata Danau Poso
Filosofi saling terkait dan saling tergantung ini merasuki tradisi Poso seperti mesale, molimbu, padungku, dan posintuwu. Pandangan dan cara hidup ini sampai sekarang masih menjadi ciri warga—apapun agama dan sukunya.
Mesale, sebuah sistem kerja dalam komunitas yang dikerjakan bersama-sama secara bergiliran untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan, misalnya menanam atau mengerjakan rumah.