Sebagai pendiri Earth Uprising, gerakan peduli lingkungan, tidak diragukan lagi bahwa Alexandria Villasenor berdiri di garda depan dalam melakukan aksi terkait perubahan iklim.
Alexandria mulai mempelajari tentang perubahan iklim setelah mengunjungi California pada 2018. Saat itu terjadi kebakaran paling mematikan dalam sejarah. Asap menghampiri lokasi di mana Alexandria sedang mengikuti Camp Fire dan memicu penyakit asmanya. Ia kemudian memulai penelitiannya terkait kebakaran hutan di California.
“Perubahan iklim ternyata turut memici kebakaran tersebut,” ungkap Alexandria, dilansir dari Mashable.
Terinspirasi dari Greta, Alexandria juga izin dari sekolah di hari Jumat untuk melakukan protes di depan kantor pusat PBB di New York.
Xiye Bastida
Aktivis kelahiran Meksiko ini tidak asing lagi dengan perubahan iklim dan dampak mengerikan yang mengikutinya. Seperti yang dijelaskan Xiye pada situs Global Climate Strike, ia terpaksa meninggalkan kampung halamannya di Meksiko setelah banjir selalu menghalanginya pergi ke sekolah.
Xiye dan keluarganya kemudian pindah ke New York di mana ia mempelajari tentang Badai Sandy dan menyadari bahwa masalah perubahan iklim selalu ada di wilayah mana pun di seluruh dunia.
Xiye kini aktif bergerak sebagai aktivis, penyelenggara Fridays For Future di New York, dan duta muda untuk Y on Earth.
Lilly Platt
Lilly Platt lahir di Inggris, tapi tinggal di Belanda. Di usia 11 tahun, ia aktif melakukan protes untuk perubahan iklim. Ditemani oleh ibunya, ia izin tidak masuk sekolah setiap Jumat.