Kisah Tragis Permaisuri Kaisar Austria yang Dibunuh oleh Anarkis

By Gita Laras Widyaningrum, Rabu, 5 Agustus 2020 | 15:37 WIB
Permaisuri Sisi dengan anjingnya. (Alinari Archives/CORBIS/Corbis via Getty Images)

Nationalgeographic.co.id - Pada 25 April 1854, pengantin wanita yang pemalu dan melankolis memasuki kerajaan utama di Eropa. Dengan gemetar, Elisabeth atau Sisi yang kala itu berusia 16 tahun, menikah dengan Kaisar Franz Joseph dari Austria yang berumur 23 tahun.

Selama perayaan pernikahan mereka, ribuan orang berbaris di jalan-jalan di Wina, berharap dapat melihat pasangan ini. Namun, di dalam kereta kacanya, saat perjalanan menuju istana kekaisaran Hofburg, Sisi menangis – bingung sekaligus takut.

Pintu yang membatasinya dari dunia luar adalah yang menandakan tragedi kehidupan Sisi. Setelahnya, karena terisolasi di istana, Sisi menderita penyakit mental. Ia juga berduka atas peristiwa bunuh diri yang dilakukan putranya dan berkeliling dunia untuk mencari kedamaian. Semua itu terjadi sebelum hidup Sisi berakhir di tangan anarkis asal Italia.

Baca Juga: 70 Tahun Berlalu, Kisah Perang Korea yang Belum Berakhir Hingga Saat Ini

Dengan ketidaksukaannya terhadap tugas-tugas negara dan keengganan untuk menikah, pengantin muda ini sering disamakan dengan anggota kerajaan yang lahir di Hofburg 100 tahun sebelumnya, yaitu Marie Antoinette.

Namun, tidak seperti Antoinette yang berlebihan, Sisi menghabiskan hidupnya dengan mengabaikan nafsu makannya sendiri. Dibuntuti oleh media, dipuja-puja rakyat, dan tersiksa oleh depresi dan gangguan makan yang parah, membuat nasib Sisi dianggap mirip dengan Putri Diana.

Dijodohkan

Lahir pada 1837 di Munich, Jerman, Sisi tumbuh besar sambil bermain di hutan Bavaria bersama dengan ketujuh saudaranya. Ia sering berkuda dan mendaki gunung.

Dari ayahnya yang eksentrik, Adipati Maximilian Joseph, Sisi mewarisi keyakinan pada cita-cita demokrasi -- yang tidak lazim bagi keluarga kerajaan pada saat itu.

Sementara itu, dari ibunya, Putri Ludovika, Sisi mengembangkan rasa cinta terhadap privasi dan ketakutan akan tugas-tugas negara – dua hal yang membuatnya sulit menjadi permaisuri.

Suami Sisi, Franz Joseph, merupakan pekerja keras dan sangat mencintainya. Namun, ia tak memiliki humor.

Ibu kedua pasangan ini (yang merupakan kakak beradik), awalnya berencana menjodohkan Franz Joseph dengan saudara perempuan Sisi. Namun, kaisar berusia 23 tahun itu terlanjur jatuh hati dengan Sisi sejak pertama kali bertemu. Di lain pihak, Sisi sangat gugup dengan perjodohan ini hingga sulit makan apa pun.