Kisah Tragis Permaisuri Kaisar Austria yang Dibunuh oleh Anarkis

By Gita Laras Widyaningrum, Rabu, 5 Agustus 2020 | 15:37 WIB
Permaisuri Sisi dengan anjingnya. (Alinari Archives/CORBIS/Corbis via Getty Images)

Berkolaborasi dengan teman dekatnya yang merupakan negarawan Hongaria, Gyula Andrássy, Sisi mencoba mengatasi masalah-masalah di negara tersebut. Dia pun mengganti staf pribadinya dengan warga negara Hongaria.

(Fine Art Images/Heritage Images/Getty Images)

Pada 1867, Hongaria menjadi mitra sejajar dengan kekaisaran. Franz Joseph dinobatkan sebagai Raja Hongaria, dan Sisi menjadi ratu yang sangat dicintai penduduknya.

Dia menikmati perannya sebagai ‘penghibur’ rakyat. Sisi sering hadir di rumah sakit dan acara amal tanpa pengumuman. Di sinilah sifat rendah hatinya terlihat: memegang tangan orang yang sekarat dan mendengarkan cerita pasien.

Sang ratu dikenal dengan inovasinya untuk merawat mereka yang mengalami gangguan mental. Bahkan bercita-cita untuk mendirikan rumah sakit jiwa.

Memiliki masalah mental dan mendatangi kematian

Pada 1880, diketahui bahwa Sisi sendiri mengidap gangguan mental yang cukup serius. Marie Valerie, anak Sisi yang dimanjakannya, mengatakan bahwa sang ibu sering tertawa histeris di kamar mandi. Ia juga sering berbicara tentang bunuh diri yang membuat Franz Joseph takut.

Keadaan Sisi semakin parah ketika putranya, Rudolf, ditemukan tewas bersama simpanannya yang berusia 17 tahun, Mary Vetsera. Rudolf menembak Vetsera dan dirinya sendiri sebagai upaya bunuh diri. Kenyataan ini memperdalam kesedihan Sisi.

“Peluru Rudolf meruntuhkan keyakinanku,” ujar Sisi kepada Marie Valerie.

Dengan kematian putranya yang liberal dan progresif, Sisi tahu bahwa kerajaan Austria-Hongaria yang bermasalah, tidak akan bertahan lama. Karena Rudolf belum memiliki anak, maka kekuasaan Franz Joseph jatuh ke saudara laki-lakinya, Karl Ludwig dan anaknya, Franz Ferdinand. (Kelak keputusan ini akan menyebabkan serangkaian peristiwa yang mengarahkan ke Perang Dunia I).

Tak kuat menanggung kesedihan, Sisi berkelana. Dengan berat badannya yang semakin merosot dan selalu mengenakan pakaian hitam tanda berkabung, Sisi bepergian tanpa tujuan melintasi benua Eropa dan Afrika Utara. Ia menolak perlindungan dari polisi dan mencari kematian.

“Aku akan berkeliling dunia sampai tenggelam dan terlupakan,” katanya.

Baca Juga: Demam Sepeda dan Bagaimana Itu Mengubah Dunia Pada 1890-an?

Hidupnya berakhir pada 10 September 1898, ketika permaisuri ini mengunjungi Jenewa dengan nama palsu. Di kota tersebut, ada anarkis Italia, Luigi Lucheni, yang datang ke Swiss untuk membunuh Pangeran Henri dari Orleans sebagai aksi protes kepada penguasa.

Saat identitas Sisi terkuak, Lucheni mengetahui bahwa kedatangan pangeran telah ditunda. Sebagai gantinya, ia mengincar Sisi yang sedang berjalan di sepanjang dermaga menuju kapal, dan menyerangnya.

Setelah merasakan hantaman di dadanya, Sisi berdiri dan berpikir bahwa dia telah dipukul, tapi kemudian tumbang sesaat setelah naik ke kapal. Faktanya, Lucheni telah menusuk Sisi dan ia meninggal akibat pendarahan internal.

Meskipun begitu, hati Sisi telah tertusuk tanpa bisa diperbaiki, jauh sebelum pembunuhannya. “Aku telah mencinta, aku telah mengelilingi dunia, tapi tidak pernah mencapai apa yang aku perjuangkan,” ucap Sisi.