Kisah Tragis Permaisuri Kaisar Austria yang Dibunuh oleh Anarkis

By Gita Laras Widyaningrum, Rabu, 5 Agustus 2020 | 15:37 WIB
Permaisuri Sisi dengan anjingnya. (Alinari Archives/CORBIS/Corbis via Getty Images)

Keadaan tidak membaik setelah menikah. Memiliki sifat pemalu dan banyak berpikir, Sisi hancur di bawah tata krama yang ketat. Ini membuatnya terisolasi dan tidak memiliki teman.

Sisi melahirkan tiga anak dari empat tahun pernikahannya dengan Franz Joseph, tapi hanya dua yang berhasil tumbuh hingga dewasa.  

Peduli kepada kecantikan

Meskipun tampak cuek, namun Sisi juga terpaku pada kecantikannya – sama dengan rakyat Austria. Sisi akan menghabiskan waktu berjam-jam untuk menjaga kecantikan: tiga jam menata rambut dan satu jam untuk memasang ‘korset’ yang membentuk pinggang berukuran 19,5 inci miliknya.

Terobsesi dengan bentuk tubuhnya, Sisi juga menjalani diet ketat yang kemungkinan mirip dengan gejala anoreksia saat ini. Dia hanya makan kaldu, dan di tahun-tahun berikutnya terbiasa mengonsumsi susu sapi mentah, jeruk, dan telur.

Sisi terkenal dengan rambut panjangnya. (Imagno/Getty Images)

Sisi juga rutin berolahraga selama berjam-jam setiap harinya. Berkuda, anggar, mendaki gunung dengan kecepatan tinggi dan beberapa latihan yang diadaptasi dari sirkus, mengisi hari-harinya. Di setiap istana kekaisaran, Sisi memiliki ruangan khusus untuk melatih fisiknya.

Selain olahraga, Sisi menyalurkan rasa frustasi dan penyesalannya dengan menulis puisi.

Setelah mengalami gangguan saraf pada 1862, Sisi sebisa mungkin menghindari ‘benteng penjara’ istana Hofburg. Dia bepergian ke Yunani, Inggris, Irlandia, Swiss dan Hongaria.

“Aku ingin selalu bergerak. Pada setiap kapal yang berlayar, Aku dapat melihat keinginanku untuk berada di atasnya,” tulis Sisi, menurut sejarawan asal Wina, Brigitte Hamann dalam bukunya The Reluctant Empress.  

Sang ratu

Di awal pemerintahannya, Sisi memiliki ketertarikan pada Hongaria. Ia percaya bahwa orang-orang Hongaria berhak mendapatkan kebebasan dan rasa hormat.