Redefine Your Vision: Mendefinisikan Kembali Fotografi Beromansa Temaram Kota

By National Geographic Indonesia, Sabtu, 8 Agustus 2020 | 07:25 WIB
Indahnya Menyusuri Vanesia-nya Malang, demikian judul foto yang berlokasi di Malang Night Paradise. (Afandi Teguh Afriyanto )

“Malam adalah ibu dari gagasan,” kata John Florio, pujangga Inggris sekitar akhir abad ke-16. Kutipan ini sudah melegenda di penjuru dunia. Lalu, bagaimana kita memaknai malam dalam sebuah bingkai foto?

Nationalgeographic.co.id—Kita adalah sanubari-sanubari yang merindukan kembalinya perjalanan dan petualangan. Mujurnya, kita mewarisi kemampuan adaptasi yang luar biasa terhadap setiap perubahan. Kendati situasi pagebluk yang belum memungkinkan untuk melakukan perjalanan jarak jauh, kita sejatinya bisa menciptakan petualangan sendiri di kota yang kita huni.

Semua orang suka bepergian. Kabar dari World Travel & Tourism Council, sekitar 50 juta pekerjaan di bidang perjalanan dan pariwisata diproyeksikan berisiko terdampak pagebluk. Di lini masa media sosial, para pejalan kampiun pun mengungkapkan kerinduan mereka akan kembalinya hari-hari perjalanan.

Warna-warni malam di Alun-alun Kidul Yogyakarta. (Muhammad Jeffry )

Kota memiliki kemiripan dengan manusia. Ia akan menunjukkan kepribadian yang berbeda-beda kepada para pejalan. Semua tergantung pada sejauh mana interaksi kota dan pejalannya. National Geographic Indonesia bersama vivo Indonesia dan didukung Kementerian Pariwisata Republik Indonesia mencoba memperbaiki situasi wisata di negeri ini.

Kami berupaya membuat tempat-tempat di sekitar keseharian warga menjadi sesuatu yang bermakna bagi siapa saja yang singgah di kota itu. Inilah keindahan

versi kota. Karena pada dasarnya setiap kota memiliki definisi tentang jiwanya sehingga setiap sudutnya bisa menjadi tujuan perjalanan. Kami menyebutnya “Redefine Your Vision”.

Blue Style Jembatan Pantai Indah Kapuk. (Gerdie Hutomo Nurhadi)

Melawan arus menyongsong mentari, demikian tajuk foto ini. Berlokasi di Sungai Barito, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. (Ikhsan Effendi)

Barangkali, benar apa yang pernah diungkapkan Elliott Erwitt, salah satu fotografer dokumenter nan sohor di Amerika Serikat. “Fotografi adalah seni observasi,” ujarnya. “Ini tentang menemukan sesuatu yang menarik di tempat biasa.”

National Geographic Indonesia on Assignment (NGIOA) menugaskan sembilan fotografer di berbagai kota di Indonesia untuk turut membingkai romansa temaram kota mereka. Mereka yang terpilih mengikuti penugasan ini merupakan pemenang tiga kompetisi fotografi yang pernah digelar vivo dan National Geographic Indonesia beberapa tahun silam. Setidaknya, penugasan ini membuat para fotografer kembali berkarya—menciptakan foto indah dan bermakna untuk kembalinya harapan denyut wisata.

Penugasan ini menggunakan vivo X50 Pro, gawai cerdas yanh mampu menangkap gambar dan video yang lebih stabil serta berkualitas tinggi dalam berbagai kondisi cahaya. Peranti ini ditahbiskan juga sebagai gawai cerdas pertama dengan teknologi Gimbal Stabilization dari vivo Indonesia.

Baca Juga: Ketika Inovasi Mendefinisikan Kembali Fotografi

Gemerlap Kota Yogyakarta Malam. Sebuah foto yang berlokasi di Bukit Bintang, Patuk, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. (Nico Darmawan Cornelius )

Blue Hour di Tebing Breksi. Menjelang malam, candi ini menajadi salah satu destinasi malam di barat Yogyakatya. (Erlangga Fakhri Sujono)

Pohon mangrove berlatar panorama Jembatan Suramadu, Selat Madura, Jawa Timur. (Imam Primarhardy)

Penugasan ini mengusung semangat Redefine Your Vision, yang terbagi menjadi dua bagian. Penugasan pertama, mereka akan mengabadikan suasana kota ketika malam menjelang pada periode 25-31 Juli 2020. Penugasan kedua, mereka akan mengabadikan gelora semangat perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia pada periode 5-11 Agustus 2020.

Pada laman ini kami menyajikan bingkai pesona malam di beberapa sudut kota di Indonesia, yang telah dikurasi oleh Dewan Juri—Didi Kaspi Kasim, Editor National Geographic Indonesia, dan Arbain Rambey, Senior Photografer.

Sementara itu setelah menyaksikan karya kesembilan fotografer, Dewan Juri mengungkapkan kesan mereka. “Keremangan malam selalu menyuguhkan sesuatu yang baru bagi mata kita. Foto-foto yang dihasilkan para peserta kali ini membuktikan bahwa setiap dari kita punya roh tentang tangkapan mereka tentang malam,” kata Didi. “Setiap tangkapan imajinya menjadi identitas baru bagi destinasi, terutama di tengah pandemi. Karya mereka menginspirasi kita untuk kembali melihat lebih dekat di sekitar kita. Karena, kami percaya bahwa pariwisata bangkit mulai dari sekitar tempat kita berdiri.”

Arbain menambahkan tentang aspek teknologi dari gawai cerdas yang mereka gunakan untuk memotret. “Secara keseluruhan, kesembilan foto perserta adalah fotografi dengan cahaya matahari minim,” ujarnya. “Artinya, semua peserta berusaha memanfaatkan kemampuan lowlight vivo X50 Pro, yang halus untuk ukuran sensor kecil ala HP.”

Baca Juga: Mendefinisikan Kembali Perjalanan ke Bandung Selatan di Waktu Malam

Suasana pesisir Kota Surabaya, Jawa Timur. (Adi Wiratmo)

Pada penugasan pertama, para fotografer berhasil mengabadikan gagasan romansa temaram kota mereka. Konon, malam hari adalah waktu terbaik untuk bekerja. Semua gagasan malam akan menjadi milik kita, sementara semua orang masih terlelap.

Kini, giliran Anda untuk memberikan semangat kepada mereka. Dukung dan temukan kisah perjalanan sembilan fotografer dalam program National Geographic on Assignment melalui pranala https://vivosmartphone.id/RedefineYourVision/

Bingkai Kota Lama Semarang. Senja menjelang di tepian Jalan Raya Pos, Semarang. Tampak Gereja Blenduk dengan kubahnya nan megah menandai kemasyhuran kota pesisir ini. (M. Abdul Ghofur )