Apakah Ekonomi Sirkular Bisa Menjadi Solusi Permasalahan Lingkungan?

By Gita Laras Widyaningrum, Senin, 28 September 2020 | 23:17 WIB
Penggunaan kantung plastik sekali pakai telah menjadi salah satu perilaku manusia. Kini, ad upaya pengurangan dampak plastik terhadap lingkungan. (LightFieldStudios/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id – Berbicara tentang sampah plastik, masalah ini sudah menjadi krisis di lautan. Setiap tahunnya, diketahui ada delapan juta sampah ton plastik yang mengalir ke laut.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jenna R. Jambeck dari University of Georgia, Indonesia bahkan disebut-sebut sebagai negara penyumbang sampah plastik ke laut terbesar kedua di dunia.

Dampaknya, banyak hewan laut yang tanpa sengaja terjerat atau mengonsumsi jenis sampah yang sulit terurai tersebut. Mulai dari lobster, ikan pari, lumba-lumba, ubur-ubur, bayi anjing laut, paus pilot jantan, dan yang lainnya.

Selain itu, menurut Intan Suci Nurhati, Ph.D, peneliti Iklim dan Laut dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dampak yang lebih mengerikan adalah sampah-sampah tersebut bisa terdegradasi menjadi potongan-potongan kecil (mikroplastik) dan masuk ke rantai makanan. Pada akhirnya, mikroplastik bisa sampai ke tubuh manusia, jika kita mengonsumsi hewan laut yang sebelumnya terkontaminasi sampah.

Baca Juga: Teknologi Ini Hasilkan Bahan Bakar Ramah Lingkungan dengan Fotosintesis Buatan

Jaring plastik bekas menjerat penyu tempayan di Laut Mediterania, Spanyol. Penyu tersebut dapat menj (Jordi Chias/National Geographic)

“Oleh sebab itu, kita harus memikirkan bukan hanya tentang ekosistem, tapi juga kesehatan dan keselamatan kita,” kata Intan, dalam acara #BerbagiCerita Menilik Masa Depan: Apakah Ekonomi Sirkular Solusi Permasalahan Lingkungan?, pada Sabtu (8/8/2020).

Menurut Intan, plastik sebenarnya diciptakan untuk membantu kehidupan manusia karena sifatnya yang tahan lama. Alam sendiri pun sudah mendesain kehidupannya sendiri sehingga seharusnya tidak akan ada limbah di alam. Yang menyebabkan banyaknya sampah di alam adalah ketidakmampuan manusia untuk mengelolanya.

There’s no waste in the nature. Harusnya kita bisa mengikuti cara kerja alam. Mungkin mencontoh ikan kakatua yang bahkan kotorannya bermanfaat bagi terumbu karang,” paparnya.

Baca Juga: Pandemi COVID-19, Sampah Masker dan APD Banyak Ditemukan di Pantai

Sampah plastik di laut. (Steve De Neef/Nat Geo Image Collection)

Ketika melakukan survei sosial selama pandemi, Intan menemukan fakta bahwa saat ini tingkat kesadaran masyarakat sudah sangat tinggi terkait isu sampah plastik. Namun sayangnya, mereka belum maksimal dalam memilah dan mendaur ulang konsumsi sampah plastiknya.