Apakah Ekonomi Sirkular Bisa Menjadi Solusi Permasalahan Lingkungan?

By Gita Laras Widyaningrum, Senin, 28 September 2020 | 23:17 WIB
Penggunaan kantung plastik sekali pakai telah menjadi salah satu perilaku manusia. Kini, ad upaya pengurangan dampak plastik terhadap lingkungan. (LightFieldStudios/Getty Images/iStockphoto)

Baca Juga: Bijak Menggunakan Plastik Lewat Ekonomi Sirkular

(Ricky Martin/National Geographic Indonesia)

Selain konsumen dan pemulung, pihak industri atau produsen juga berperan penting dalam mengatasi permasalahan lingkungan. Danone-AQUA adalah salah satu perusahaan yang sangat peduli dengan isu ini.

Ratih Anggraeni, Senior Sustainable Packaging Manager Danone Indonesia, menyatakan bahwa untuk menangani isu sampah, tidak bisa dengan solusi tunggal. Hasil penelitian dari Ellen Macarthur Foundation bahkan menunjukkan. Dengan sedemikian banyaknya sampah yang sudah ada saat ini, pengurangan konsumsi yang kita lakukan tidak akan bisa mengalahkan tingkat produksinya.

Oleh sebab itu, menurut Ratih, yang dibutuhkan adalah penerapan ekonomi sirkular yang komprehensif. “Prinsipnya ada dua: bagaimana mengurangi penggunaan sumber daya yang tidak terbarukan, juga membatasi limbah ke alam dan lingkungan,” tuturnya.

Danone-AQUA sendiri sudah menerapkan model bisnis yang sepenuhnya sirkular sejak 1983, dimulai dari produksi kemasan galon (jugs) 

Galon menjadi salah satu pelopor dalam upaya menekan jumlah sampah plastik karena selalu berputar dalam lingkaran produksi. Lebih lanjut, kemasan ini menekan penggunaan sumber daya tidak terbarukan, meminimalkan produksi sampah plastik, serta memiliki karbon dan jejak air yang rendah, dan meminimalkan produksi sampah plastik.

Jika ada galon yang sudah tidak layak, itu langsung didaur ulang oleh perusahaan tanpa harus dibuang ke TPA dan dipungut satu per satu. Saat galon-galon ini kembali ke pabrik, mereka akan diseleksi, dicuci dan diisi kembali. Semuanya melalui standar yg tinggi untuk menjaga kualitasnya tetap terjaga.

Baca Juga: Saya Pilih Bumi: Mengenal 5 Aktivis Lingkungan Muda yang Menginspirasi

Pengecekan kembali cacahan botol plastik sebelum dikemas ke dalam karung. (National Geographic Indonesia/Warsono)

Kemudian, Ratih menambahkan, Danone-AQUA juga menginisiasi ekonomi sirkular lewat AQUA Peduli pada 1993.

“Jadi dulu kami memiliki program untuk membeli botol plastik bekas dari konsumen yang lalu diekspor ke luar negeri. Saat itu, kami sadar bahwa botol bekas punya potensi ekonomi sehingga diberi harga dan dikirim untuk didaur ulang,” jelas Ratih.

Yang terbaru, Danone-AQUA menginisiasi gerakan #BijakBerplastik pada 2018.  Melalui gerakan ini, Danone-AQUA ingin mengajak masyarakat untuk berkontribusi pada budaya daur ulang dan aktif menjaga lingkungan. #BijakBerplastik sendiri memiliki tiga pilar utama, yaitu Collection, Education, dan Innovation.

Pada pilar Collection, Danone-AQUA berkomitmen untuk lebih banyak mengumpulkan sampah plastik dibanding yang digunakan pada 2025. Langkah ini dilakukan untuk menciptakan ekosistem pengelolaan yang lebih baik sehingga mencegah plastik menjadi sampah.

Yang kedua melalui Education, Danone-AQUA ingin mengedukasi 100 juta konsumen di Indonesia agar mau mengelola sampah mereka sendiri. Termasuk mempublikasikan beberapa materi edukasi untuk anak-anak hingga orang dewasa.

Pada pilar Innovation, Danone-AQUA terus mengembangkan teknologi daur ulang dan memastikan bahwa botol plastik bekas memiliki nilai. Danone-AQUA juga menciptakan kemasan yang 100% dibuat dari daur ulang dan 100% dapat didaur ulang kembali.

Dan tahun ini, Danone-AQUA berencana meluncurkan model Extended Producer Responsibility (EPR) di mana produsen akan mengumpulkan lebih banyak sampah kemasan dengan cara memberikan insentif. Ini diharapkan dapat meningkatkan tingkat daur ulang dari sampah kemasan yang ada di Indonesia.

“Jika produsen sudah menyiapkan produk yang lebih aman dan berkelanjutan, kami harapkan dari konsumen juga bijak menggunakan plastik. Dengan melakukan ini, kita tidak hanya lebih sehat, tapi juga berbuat baik bagi lingkungan,” pungkas Ratih.