Nationalgeographic.co.id—Lebih dari 150 tahun, roda-roda kereta uap telah menggelinding di negeri ini. Apa yang bisa kita pelajari dari lembaran-lembaran kartu pos Hindia Belanda tentang riwayat kereta api kita?
Di kawasan Asia, sejarah kereta api Indonesia memiliki riwayat tertua setelah India. Boleh jadi Hindia Belanda telah memiliki pandangan jauh ke depan. Setidaknya, pada masa itu orang sudah berpikir bahwa pada suatu hari jalan raya tidak akan mampu menampung begitu banyak kendaraan.
Pembangunan angkutan kereta api sangat menguntungkan secara ekonomi. Angkutan kereta hadir dengan biaya relatif murah, efektif, dan bisa melibatkan banyak sekali sistem lain yang membuka lapangan pekerjaan baru.
Suatu hari pada 1864, Gubernur Jenderal Ludolph Anne Jan Wilt Baron Sloet van De Beele melakukan pencangkulan pertama untuk pembangunan rel kereta api rute Kemijen–Tanggung. Pembangunan rel ini mendapat pengawasan dari J.P. de Bordes dari Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM). Akhirnya, NISM meresmikan jalur kereta api Semarang–Tanggung sejauh 25 kilometer pada 10 Agustus 1867. Inilah peristiwa bersejarah ketika untuk pertama kalinya roda-roda kereta uap menggelinding di Hindia Belanda.
Baca Juga: Seribu Gigi Dari Abad Ke-19 Ditemukan Di Stasiun Kereta Bawah Tanah
Namun, penawaran investasi kepada pihak swasta ternyata berakhir dengan kerugian pihak swasta. NISM tak kuasa menanggung semuanya. Tampaknya investasi di Hindia Belanda tidak selalu mulus seperti di Eropa. Akhirnya, pemerintah membuat sendiri perusahaan pembangun jalan kereta api. Lahirlah Staatsspoorwegen (SS). Tujuan awalnya, kepentingan penanganan masalah keamanan dan pertahanan—termasuk untuk memadamkan pemberontakan.
Olivier Johannes Raap, kolektor kartu pos Hindia Belanda dan penulis buku Sepoer Oeap di Djawa, mengungkapkan tentang sebutan lain untuk kereta api yang kerap dijumpai dalam percakapan: “sepur”.
“Kata sepur biasanya diartikan sebagai kereta api, namun arti sejatinya berbeda,” ungkap Olivier. Dia menambahkan bahwa kata sepur berasal dari kosakata Belanda spoor yang memiliki makna lajur rel yang harus dilintasi kendaraan rel. “Kata tersebut sebenarnya lebih mengacu pada infrastruktur rel daripada lokomotif dan gerbong.”
Baca Juga: Riwayat Obelisk Termegah di Permakaman Kebun Raya Bogor
Di Jawa, kereta utamanya digunakan untuk ekonomi, pertanian, dan perdagangan. Sementara di Sumatra kereta api sebagai moda transportasi mobilisasi militer untuk perlawanan terhadap para perusuh.