Semangat Merawat dan Meruwat Warisan Lokomotif Hindia Belanda

By Mahandis Yoanata Thamrin, Minggu, 9 Agustus 2020 | 01:08 WIB
Acara Temu kangen Railfans dan Perawatan Lokomotif Tua dimotori oleh komunitas pecinta kereta Indonesian Railway Preservation Society. (Rahmad Azhar Hutomo/National Geographic Indonesia)

 Baca Juga:

Sebanyak 40-an peserta berpartisipasi dalam upaya pelestarian ini, termasuk anak-anak usia sekolah dasar. Mereka turut melapisi badan dari enam lokomotif tua koleksi Museum Transportasi TMII dengan minyak solar. (Rahmad Azhar Hutomo/National Geographic Indonesia)

Bahkan, hingga hari ini kereta masih menjadi primadona sebagai angkutan massal tercepat di darat—sementara angkutan kendaraan lainnya seolah tak kuasa dalam lingkaran kemacetan yang tak berkesudahan.

Bagian belakang berisi air dan residu. Awalnya lok-lok yang beroperasi di Jawa menggunakan kayu atau batu bara. Lantaran tidak tersedia batu bara di Jawa, akhirnya ruang batubara dimodifikasi sebagai kompor untuk membakar residu. Dia menambahkan, “Residu itu semacam minyak solar, namun lebih kasar.”

“Itu bisa dilihat dari ini,” tunjuk Nova pada nomor kode di badan lok.

“C-C-5-0-0-1,” saya mencoba membaca kodenya.

“Bukan nomornya,” potong Nova. “Tapi, dasarnya yang berwarna merah itu artinya residu. Kalau warna hitam berarti batu bara.”

Betapa kereta api telah berevolusi menyesuaikan ruang hidup dan kekayaan sumber daya alamnya, sebelum terbitnya generasi kereta api modern. Jejaknya menjadi bagian sejarah negeri ini, sejak zaman perkebunan Hindia Belanda hingga zaman awal kemerdekaan. Bahkan, hingga hari ini kereta masih menjadi primadona sebagai angkutan massal tercepat di darat—sementara angkutan kendaraan lainnya seolah tak kuasa dalam lingkaran kemacetan yang tak berkesudahan. Kereta tampaknya akan selalu aktual.

Pada Minggu pagi itu, 27 November 2016,  Nova membuka acara ‘Temu Kangen Railfans dan Perawatan Lokomotif Uap’ yang digelar di Museum Transportasi Taman Mini Indonesia Indah. Kegiatan perawatan lokomotif uap ini merupakan salah satu upaya pelestarian mereka.

Baca Juga: Kota Awal Kereta Api Menderu