"Kami malu juga karena yang merawat justru dari teman-teman Railfans, bukan teman-teman pengelola museum.”
Bersamaan dengan acara perawatan lokomotif itu, beberapa pekerja tengah berupaya mengangkut lokomotif koleksi Museum Transportasi untuk dipindahkan ke Surakarta. Minggu sebelumnya, lokomotif lain telah berhasil dipindahkan ke Surakarta. Rencananya, kedua lokomotif tua itu akan dipulihkan kembali seperti sedia kala kemudian digunakan untuk mendukung wisata kota. “Pengambilan D14 dan D52 ini membuat kami senang dan sedih,” kata Danang. “Sedihnya, koleksi kita berkurang dua. Senangnya, D14 dan D52 hidup kembali sehingga cucu kita bisa melihat bagaimana proses mekanisme lokomotif uap.”
Saya menjumpai salah satu pendiri IRPS, Adhitya Hatmawan, yang baru saja kembali dari survei stasiun-stasiun yang berpotensi sebagai museum—Bandung, Semarang, Tegal, Bondowoso, dan Purworejo. Berkaitan acara perawatan lok tua ini, dia berharap banyak generasi muda yang turut melestarikan warisan lok-lok tua. Komunitasnya tidak hanya di Jakarta, tetapi juga hidup dan berkembang di kota-kota penting dalam sejarah kereta: Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Semarang.
“Stasiun Gerabag Merbabu masih kelihatan karena digunakan sebagai sekolah dasar sehingga terselamatkan. Kalau stasiun itu digunakan sebagai sarang burung walet, nasibnya akan hancur.”
“Semarang menjadi kota terpenting dalam sejarah perkeretaapian kita karena di sanalah cikal bakal pembangunan jalan kereta api,” ujar Adhitya. Beberapa minggu silam, IRPS Semarang menyelenggarakan napak tilas jalur kereta api dari Bedono sampai Gerabag Merbabu dalam rangka Hari Pahlawan. Mereka menyusuri jalur rel bergerigi non-aktif dan menjumpai salah satu bekas stasiunnya. “Stasiun Gerabag Merbabu masih kelihatan karena digunakan sebagai sekolah dasar sehingga terselamatkan. Kalau stasiun itu digunakan sebagai sarang burung walet, nasibnya akan hancur.”
Indonesia termasuk negara yang memiliki koleksi lokomotif uap paling banyak. Setelah pemindahan lokomotif uap D52 dan D14 ke Surakarta, kini Museum Transportasi memiliki 25 lokomotif (23 unit lokomotif uap dan 2 unit lokomotif diesel) yang masing-masing memiliki jenis yang berbeda. Jumlah itu belum termasuk lokomotif di Museum Kereta Api Ambarawa, juga belum termasuk lokomotif yang tidak terhitung dan tercatat karena telanjur berakhir di pengepul besi rongsokan.
“Kita kurang perhatian pada aset kereta api,” kata Nova. “Padahal kalau itu dibuat heritage yang bisa berjalan, wah, itu keren banget!”
[Artikel ini terbit pertama kali pada 28 November 2016]