Resesi Mengintai Indonesia, Apa Penyebab dan Akibatnya?

By National Geographic Indonesia, Kamis, 13 Agustus 2020 | 19:03 WIB
Tampilan uang Rupiah dengan desain baru yang resmi diluncurkan oleh Bank Indonesia. (Sakina Rakhma Diah Setiawan/Kompas.com)

Nationalgeographic.co.id - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan kedua tahun ini terjerembab ke minus 5,3%, ini berarti jika Indonesia kembali mencatat penurunan pada triwulan ketiga maka bangsa ini resmi mengalami resesi.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan resesi terjadi apabila ekonomi sebuah negara mengalami kontraksi hingga turun ke level negatif selama dua triwulan berturut-turut atau enam bulan.

Penyebab resesi

Resesi di Indonesia bisa terjadi karena kombinasi faktor domestik dan eksternal.

Salah satu faktor domestik penyebab resesi adalah melemahnya permintaan masyarakat karena Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

“PSBB memang membuat aktivitas produksi dan konsumsi turun dan memperlemah daya beli masyarakat, tapi memang harus dilakukan agar penyebaran wabahnya tidak semakin parah,” kata Eric Alexander Sugandi, peneliti senior dari Institut Kajian Strategis Universitas Kebangsaan Republik Indonesia.

Pada triwulan kedua tahun ini, kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap produk domestik bruto (PDB) atau seluruh produksi barang dan jasa di Indonesia hanya mencapai 58% atau turun 5,51% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Ini adalah penurunan terburuk sejak krisis ekonomi pada tahun 1998, yang terjadi karena anjloknya nilai tukar rupiah dan hilangnya kepercayaan publik. Ketika itu konsumsi rumah tangga terjun sebesar 6,17%.

Sedangkan dari sisi eksternal, resesi muncul akibat melemahnya permintaan dari negara lain terhadap barang produksi Indonesia serta berkurangnya investasi.

Negara-negara yang memiliki kontribusi besar untuk ekspor dari Indonesia seperti Amerika Serikat, Singapura, dan Korea Selatan telah mengalami resesi.

Ketiganya menyumbang masing-masing US$17,68 miliar (11,41%), US$9,07 miliar (5,85%), dan US$6,08 miliar (3,92%) terhadap ekspor Indonesia yang mencapai US$167,53 miliar pada tahun lalu.

Pandemi COVID menyebabkan ekspor Indonesia hanya mencapai US$76,41 miliar atau turun 5,49% pada periode Januari hingga Juni tahun ini dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Konsumsi rumah tangga Indonesia merupakan kontributor terbesar yang menyumbang hampir 60% terhadap ekonomi Indonesia. Hal ini menyebabkan faktor eksternal seperti penurunan ekspor tidak terlalu berkontribusi pada munculnya resesi dibandingkan faktor internal.

Angka pengangguran dan kemiskinan akan meningkat

Jika Indonesia masuk ke zona resesi maka dampaknya akan sangat signifikan.