Membedah Karya Visual Keindahan Malam

By National Geographic Indonesia, Selasa, 18 Agustus 2020 | 21:07 WIB
Senja dan pendaran lampu-lampu kedai di Braga. Ada cerita kenangan kota di setiap temaram sudutnya. Kini kawasan ini bersolek kembali meski pandemi belum berakhir. (Arbain Rambey)

Untuk mengabadikan keindahan temaram kota, para peserta menggunakan vivo X50 Pro yang memang dikenal dengan keunggulan kameranya yang mampu menangkap gambar lebih stabil dan berkualitas tinggi dalam berbagai kondisi cahaya.

Fachryansyah Farandy, Digital & PR Director vivo Indonesia, mengatakan, saat ini tidak perlu takut atau ragu mengeksplor night photography karena vivo X50 Pro memiliki fitur Extreme Night Vision yang secara otomatis disertai dengan AI Noise Reduction sehingga memungkinkan kita menembus malam tergelap dan menangkap apa yang ada di baliknya.

“Dari foto-foto yang sudah di-submit, banyak sekali foto dengan cahaya rendah, itu sangat cocok sekali dieksplor dengan vivo X50 Pro ini,” ungkap Fachry.

Selain itu, X50 Pro juga ditahbiskan sebagai gawai cerdas pertama dengan teknologi Gimbal Stabilization dari vivo Indonesia. Sistem Kamera Gimbal X50 Pro terletak di dudukan suspensi bola ganda yang dirancang dengan cerdas. Fitur ini menggunakan pergerakan mekanis untuk mencapai stabilisasi 3D yang fleksibel dan dapat menjangkau sudut 300% lebih besar dibandingkan OIS (sendiri).

Menara Art-Deco Hotel Savoy Homann tampak menjadi tengara kawasan muara Jalan Braga yang semarak dengan lampu-lampu kota dan langit temaram biru senja. (Didi Kaspi Kasim)

Setelah penugasan tahap pertama selesai, sembilan karya para fotografer ini ditampilkan di microsite https://vivosmartphone.id/RedefineYourVision/

untuk kemudian dipilih para pembaca. Blue Hour di Tebing Breksi karya Erlangga Fakhri Sujono berhasil menjadi foto terfavorit di tahap I.

Baca Juga: Mendefinisikan Kembali Perjalanan ke Bandung Selatan di Waktu Malam

Nobel P. Marpaung, Head of Content Production, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, mengatakan kegiatan seperti National Geographic Indonesia on Assignment (NGIOA) sangat bermanfaat bagi industri pariwisata, terutama dalam mempromosikan tempat-tempat menarik di Indonesia.

“Di era pandemi seperti ini, di mana ada keterbatasan untuk mengunjungi suatu destinasi, peran warga lokal sangat penting untuk menampilkan image yang dapat menggugah minat calon wisatawan. Dengan begitu, saat kondisi membaik, nanti mereka tertarik berkunjung ke sana. Saya sendiri terpesona dengan hasil foto teman-teman, apalagi itu diambil hanya dengan menggunakan smartphone.” papar Nobel.

“Kegiatan-kegiatan seperti ini harus sering dilakukan agar dapat meningkatkan image dari destinasi pariwisata di Indonesia,” tambahnya.

Program NGIOA sendiri masih belum berakhir. Saat ini, sedang berlangsung penilaian tahap kedua yang hasilnya akan diumumkan melalui Instagram Live @natgeoindonesia, pada 22 Agustus mendatang. Dukung foto tervaforit Anda dan temukan kisah perjalanan sembilan fotografer melalui https://vivosmartphone.id/RedefineYourVision/.

Pagi menyingsing di Bukit Cukul, Pangalengan, Bandung Selatan, Jawa Barat. Kawasan kebun teh yang berpadu dengan peternakan sapi perah. (Arbain Rambey)