Membedah Karya Visual Keindahan Malam

By National Geographic Indonesia, Selasa, 18 Agustus 2020 | 21:07 WIB
Senja dan pendaran lampu-lampu kedai di Braga. Ada cerita kenangan kota di setiap temaram sudutnya. Kini kawasan ini bersolek kembali meski pandemi belum berakhir. (Arbain Rambey)

Nationalgeographic.co.id – Kondisi minim cahaya terkadang menghalangi kita untuk mengambil gambar yang indah. Dan kini, di tengah pandemi COVID-19, di mana kita tidak bisa melakukan perjalanan, ruang gerak untuk melakukan hobi fotografi semakin terbatas.

Namun, kegiatan National Geographic Indonesia on Assignment (NGIOA), berhasil menunjukkan bahwa dengan kreativitas dan teknologi yang mumpuni, kedua masalah tersebut dapat diatasi.

National Geographic Indonesia bekerja sama dengan vivo Indonesia dan Kementerian Pariwisata, menyelenggarakan NGIOA dan menugaskan sembilan fotografer di berbagai kota di Indonesia untuk membingkai keindahan malam di sekitar tempat tinggal mereka.

Baca Juga: Redefine Your Vision: Mendefinisikan Kembali Fotografi Beromansa Temaram Kota

Penugasan ini mengusung semangat Redefine Your Vision, yang terbagi menjadi dua bagian. Penugasan pertama, mereka akan mengabadikan suasana kota ketika malam menjelang pada periode 25-31 Juli 2020. Penugasan kedua, mereka akan mengabadikan gelora semangat perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia pada periode 5-11 Agustus 2020.

Para peserta yang terpilih mengikuti program ini merupakan pemenang tiga kompetisi fotografi yang pernah digelar vivo dan National Geographic Indonesia beberapa tahun silam.

Di penugasan tahap pertama, menurut Didi Kaspi Kasim, Editor in Chief National Geographic yang juga menjadi juri acara ini, kesembilan peserta menunjukkan hasil yang baik. Ia mengatakan, secara garis besar, ada peningkatan kapabilitas pada smartphone photography, baik dari teknologinya maupun mata fotografer dalam menangkap imaji.

“Para peserta diminta menangkap imaji dalam kondisi minim cahaya dan tantangan itu dijawab dengan luar biasa. Banyak sudut-sudut visual yang berhasil diterjemahkan teman-teman hanya dengan menggunakan smartphone,” ungkap Didi dalam Instagram Live Redefine Your Vision: Membedah Karya Visual Keindahan Malam, pada Sabtu (15/8).

“Dan meski pandemi menghalangi perjalanan, tapi mereka bisa membuktikan bahwa di lingkungan sekitar juga terdapat imaji-imaji menarik yang menyuguhkan potensi daerah mereka,” imbuhnya.

Sementara itu, Arbain Rambey, dewan juri lainnya dan fotografer profesional, menyampaikan bahwa selain jam terbang dan teknologi smartphone, hasil foto peserta dengan tema low light tersebut juga sangat dipengaruhi oleh kesabaran.

Timing nggak bisa main-main, perlu manajemen waktu karena jam setengah tujuh dan jam tujuh malam itu hasil fotonya bisa sangat berbeda. Perlu kesabaran untuk mendapatkan gambar terbaik,” katanya.

Arsitektur lama menjadi tengara Braga. Ketika malam menjelang, Braga memberikan pengalaman kepada kita tentang makna cahaya dan kehidupan. (Didi Kaspi Kasim)

Untuk mengabadikan keindahan temaram kota, para peserta menggunakan vivo X50 Pro yang memang dikenal dengan keunggulan kameranya yang mampu menangkap gambar lebih stabil dan berkualitas tinggi dalam berbagai kondisi cahaya.

Fachryansyah Farandy, Digital & PR Director vivo Indonesia, mengatakan, saat ini tidak perlu takut atau ragu mengeksplor night photography karena vivo X50 Pro memiliki fitur Extreme Night Vision yang secara otomatis disertai dengan AI Noise Reduction sehingga memungkinkan kita menembus malam tergelap dan menangkap apa yang ada di baliknya.

“Dari foto-foto yang sudah di-submit, banyak sekali foto dengan cahaya rendah, itu sangat cocok sekali dieksplor dengan vivo X50 Pro ini,” ungkap Fachry.

Selain itu, X50 Pro juga ditahbiskan sebagai gawai cerdas pertama dengan teknologi Gimbal Stabilization dari vivo Indonesia. Sistem Kamera Gimbal X50 Pro terletak di dudukan suspensi bola ganda yang dirancang dengan cerdas. Fitur ini menggunakan pergerakan mekanis untuk mencapai stabilisasi 3D yang fleksibel dan dapat menjangkau sudut 300% lebih besar dibandingkan OIS (sendiri).

Menara Art-Deco Hotel Savoy Homann tampak menjadi tengara kawasan muara Jalan Braga yang semarak dengan lampu-lampu kota dan langit temaram biru senja. (Didi Kaspi Kasim)

Setelah penugasan tahap pertama selesai, sembilan karya para fotografer ini ditampilkan di microsite https://vivosmartphone.id/RedefineYourVision/

untuk kemudian dipilih para pembaca. Blue Hour di Tebing Breksi karya Erlangga Fakhri Sujono berhasil menjadi foto terfavorit di tahap I.

Baca Juga: Mendefinisikan Kembali Perjalanan ke Bandung Selatan di Waktu Malam

Nobel P. Marpaung, Head of Content Production, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, mengatakan kegiatan seperti National Geographic Indonesia on Assignment (NGIOA) sangat bermanfaat bagi industri pariwisata, terutama dalam mempromosikan tempat-tempat menarik di Indonesia.

“Di era pandemi seperti ini, di mana ada keterbatasan untuk mengunjungi suatu destinasi, peran warga lokal sangat penting untuk menampilkan image yang dapat menggugah minat calon wisatawan. Dengan begitu, saat kondisi membaik, nanti mereka tertarik berkunjung ke sana. Saya sendiri terpesona dengan hasil foto teman-teman, apalagi itu diambil hanya dengan menggunakan smartphone.” papar Nobel.

“Kegiatan-kegiatan seperti ini harus sering dilakukan agar dapat meningkatkan image dari destinasi pariwisata di Indonesia,” tambahnya.

Program NGIOA sendiri masih belum berakhir. Saat ini, sedang berlangsung penilaian tahap kedua yang hasilnya akan diumumkan melalui Instagram Live @natgeoindonesia, pada 22 Agustus mendatang. Dukung foto tervaforit Anda dan temukan kisah perjalanan sembilan fotografer melalui https://vivosmartphone.id/RedefineYourVision/.

Pagi menyingsing di Bukit Cukul, Pangalengan, Bandung Selatan, Jawa Barat. Kawasan kebun teh yang berpadu dengan peternakan sapi perah. (Arbain Rambey)