Mendefinisikan Gelora Merdeka dengan vivo X50 Series

By National Geographic Indonesia, Senin, 24 Agustus 2020 | 08:22 WIB
Juara Pertama, Gerdie Hutomo Nurhadi. Judul: Asiknya Main Lompat Karung (Gerdie Hutomo Nurhadi)

Inilah karya fotografer terpilih yang berhasil menggelorakan semangat Redifine Your Vision dalam National Geographic on Assignment.

Nationalgeographic.co.id—Kondisi minim cahaya terkadang menghalangi kita untuk mengambil gambar yang indah. Pun, di tengah pandemi COVID-19, kita tidak bisa melakukan perjalanan. Kini, ruang gerak untuk melakukan hobi fotografi semakin terbatas. Namun, kegiatan National Geographic Indonesia on Assignment (NGIOA), berhasil menunjukkan bahwa dengan kreativitas dan teknologi yang mumpuni, kedua masalah tersebut ternyata dapat teratasi.

National Geographic Indonesia bekerja sama dengan vivo Indonesia dan Kementerian Pariwisata, menyelenggarakan NGIOA. Program ini menugaskan sembilan fotografer di berbagai kota untuk membingkai keindahan di sekitar tempat tinggal mereka.

Penugasan ini mengusung semangat Redefine Your Vision, yang terbagi menjadi dua bagian. Penugasan pertama, peserta mengabadikan suasana kota ketika malam menjelang pada periode 25-31 Juli 2020. Blue Hour di Tebing Breksi karya Erlangga Fakhri Sujono berhasil menjadi foto terfavorit di penugasan pertama. Untuk penugasan kedua, peserta mengabadikan gelora semangat perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia pada periode 5-11 Agustus 2020.

Para peserta yang terpilih mengikuti program ini merupakan pemenang tiga kompetisi fotografi yang pernah digelar vivo dan National Geographic Indonesia beberapa tahun silam.

Baca Juga: Mendefinisikan Kembali Perjalanan ke Bandung Selatan di Waktu Malam

Juara Kedua, M. Jeffry Hanafiah. Judul: Pawai Merah Putih. (M. Jeffry Hanafiah)

Didi Kaspi Kasim, Editor in Chief National Geographic yang juga menjadi juri acara ini, mengungkapkan kesannya. “Ragam imaji ekspresi merayakan kemerdekaan tekah ditangkap oleh para peserta. Ada benang merah di sana, semua menampilkan harapan dari redupnya cahaya. Menarik memperhatikan bagaimana setiap orang bercerita visual, menangkap pesan lisan dan menceritakannya kembali dari sudut pandang yang unik setiap individunya.”

Sementara itu, Arbain Rambey, juri dan fotografer profesional, menyampaikan bahwa secara keseluruhan, foto-foto peserta bisa menampilkan kemajuan di sisi fotografi dari vivo X50 Pro. “Pertama, adanya detail di area shadow yang sampai setahun lalu belum mampu dihasilkan kamera HP rata-rata,” ujarnya. “Kedua, pengaturan kontras yang terjaga di area shadow, juga noise yang sangat rendah di area “gelap” ini.

Fachryansyah Farandy, Digital & PR Director vivo Indonesia, mengatakan, saat ini tidak perlu takut atau ragu mengeksplor night photography. Pasalnya, vivo X50 Pro memiliki fitur Extreme Night Vision yang disertai dengan AI Noise Reduction. Peranti ini memungkinkan kita menembus malam tergelap dan menangkap apa yang ada di balik-nya.

Baca Juga: Redefine Your Vision: Mendefinisikan Kembali Fotografi Beromansa Temaram Kota

Juara Ketiga, Adi Wiratmo. Judul: Bangunlah Jiwanya Bangunlah Generasinya Untuk Indonesia Bangkit. (Adi Wiratmo)

Selain itu, X50 Pro juga ditahbiskan sebagai gawai cerdas pertama dengan teknologi Gimbal Stabilization dari vivo Indonesia. Sistem Kamera Gimbal X50 Pro terletak di dudukan suspensi bola ganda yang dirancang dengan cerdas. Fitur ini menggunakan pergerakan mekanis untuk mencapai stabilisasi 3D yang fleksibel dan dapat menjangkau sudut 300 persen lebih besar dibandingkan OIS.

Nobel P. Marpaung, Head of Content Production, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, mengatakan kegiatan NGIOA sangat bermanfaat bagi industri pariwisata. “Di era pandemi seperti ini, di mana ada keterbatasan untuk mengunjungi suatu destinasi, peran warga lokal sangat penting untuk menampilkan image yang dapat menggugah minat calon wisatawan. Dengan begitu, saat kondisi membaik, nanti mereka tertarik berkunjung ke sana. Saya sendiri terpesona dengan hasil foto teman-teman, apalagi itu diambil hanya de-ngan menggunakan smartphone.” papar Nobel. “Kegiatan-kegiatan seperti ini harus sering dilakukan agar dapat meningkatkan image dari destinasi pariwisata di Indonesia.”

Foto terfavorit penugasan pertama, Erlangga Fakhri Sujono. Judul: Blue Hour di Tebing Breksi, Yogyakarta. (Erlangga Fakhri Sujono)