Tambrauw, Memata-matai Burung Nirwana Sampai Jejak Perang Dunia Kedua

By National Geographic Indonesia, Rabu, 26 Agustus 2020 | 21:26 WIB
Cendrawasih merupakan spesies burung yang digolongkan dalam famili Paradisaeidae. Tampak cendrawasih 12 kawat (Seleucidis melanoleucus) yang bertengger di ujung pohon. Difoto di Dusun Klabili, Kabupaten Tambrauw. (Ricky Martin/National Geographic Indonesia)

Oleh Didi Kaspi Kasim—Editor in Chief National Geographic Indonesia

Gunung-gunung, lembah-lembah Yang penuh misteri... Kan ku puja s’lalu... Keindahan alammu yang mempesona Sungaimu yang deras mengalirkan emas ‘Syo...’ Ya Tuhan...Trima...kasih...

Nationalgeographic.co.id—Lirik lagu Tanah Papua mengawali perjalanan kami dari Sorong menuju Kabupaten Tambrauw, Papua Barat. Ini menjadi kali pertama buat kami menjejakkan kaki di kabupaten muda ini. Sebuah kabupaten konservasi yang hampir 80 persen wilayahnya dikelilingi hutan lindung dan konservasi.

Kurang lebih 120 kilometer jarak antara Sorong dan Tambrauw. Kondisi jalanan trans-Papua yang menghubungkan kota-kota belum sepenuhnya rampung. Durasi tempuh perjalanan bisa molor hingga 4-5 jam—itu pun tergantung dengan kondisi cuaca. Sekadar catatan, musim hujan di Papua Barat boleh dikatakan berlangsung sepanjang tahun.

Baca Juga: Tari Wutukala, Inovasi Berburu Ikan Ala Suku Moy di Papua Barat

Perjalanan dari Sorong ke Sausapor hanya bisa ditempuh dengan kendaraan berpenggerak empat roda. (Ricky Martin/National Geographic Indonesia)

Tambrauw tampaknya tenggelam ketimbang tetangganya, Raja Ampat. Tempat ini baru dikenal sebagai salah satu daerah lintasan yang menghubungkan dua kota besar di Papua Barat, yakni Sorong dan Manokwari. Bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, kami mencoba kembali menyingkap Tambrauw.

Kami meniti pola perjalanan wisata minat khusus.

Pertama, perjumpaan dengan penyu belimbing atau Dermochelys coriacea. Satwa berkarapas ini memilih Tambrauw bagi persinggahan mereka. Pantai Jamursba Medi berlokasi di Distrik Abun menjadi persinggahan satwa-satwa dilindungi ini. Kapal cepat akan mengantarkan kita ke sini sekitar dua jam dari Sausapor.

Kedua, medan perjalanan. Perjalanan ke Sausapor dari Sorong kami tempuh dengan kendaraan berpenggerak empat roda. Perlu pengemudi yang berpengalaman untuk dapat melintasi beberapa rintangan sepanjang jalur trans-Papua ini. Namun, perjalanan kami yang melambat ini bukanlah sesuatu yang perlu disesali. Perjalanan lambat justru memberi kesempatan kami utuk melihat betapa luar biasanya alam Papua.

Baca Juga: Burung-Burung Surgawi Pelipur Lara Pandemi

Para pemerhati burung membidik burung-burung nirwana yang menghuni Tambrauw. Aktivitas ini menggerakkan tujuan wisata minat khusus di Papua Barat. (Didi Kaspi Kasim/National Geographic Indonesia)