Kisah Penyintas COVID-19 di Jakarta, Tanpa Gejala dan Isolasi Mandiri di Rumah

By Gita Laras Widyaningrum, Jumat, 11 September 2020 | 15:57 WIB
Ilustrasi masker. (freepik)

“Saya khawatir akan menularkan virus ini ke mereka. Bahkan saat itu saya juga sempat bingung bagaimana menyampaikan ke keluarga saya. Siapa yg harus saya beritahu dulu agar tidak ada yang ikutan panik. Untungnya mereka lebih tenang dari dugaan saya. Justru mereka memberikan saya semangat dan agar tidak takut,” papar Devi.

“Jujur saya sempet menangis saat itu. Ya antara bingung kaget, campur aduklah,” imbuhnya.

Karena tidak memiliki gejala—hanya sedikit merasakan nyeri otot—dokter dan tenaga kesehatan pun meminta Devi untuk isolasi mandiri di rumah. Ini juga dilakukan untuk mengurangi beban rumah sakit yang hampir terisi penuh pasien COVID-19.

Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta, menyebutkan bahwa dari 190 rumah sakit di Jakarta, 67 di antaranya telah dijadikan RS rujukan COVID-19 dan kini semua tempat tidur hampir penuh.

Dilansir dari Kompas.com, Jakarta saat ini memiliki 4.053 tempat tidur di ruang isolasi dan 528 tempat tidur di ICU. Tingkat keterpakaian tempat tidur mencapai 77 persen. "Dan bila ini berjalan terus tidak ada pengereman, dari data tanggal 17 September tempat tidur diisolasi akan penuh dan tidak bisa menampung Covid-19 lagi," ucap Anies dalam konferensi pers yang ditayangkan melalui Youtube Pemprov DKI, Rabu (9/9/2020).

Paparan data mengenai keterisian rumah sakit di DKI Jakarta, saat konferensi pers Pemprov DKI, Rabu (9/9/2020)/ (Pemprov DKI Jakarta)

Saat melakukan isolasi mandiri di rumah, Devi benar-benar tidak keluar dari kamarnya kecuali untuk ke kamar mandi. Ia meminta agar keluarga menjaga jarak dengannya dan tidak menggunakan kamar mandi yang sama. Alat makan dan minum pun dipisahkan.

“Saya seperti sedang ngekos di rumah sendiri,” gurau Devi.

Untuk menghindari rasa bosan dan kesepian selama isolasi mandiri, Devi melakukan berbagai aktivitas di rumahnya. Setiap pagi, sehabis sarapan, ia membersihkan kamar. Kegiatan ini biasanya dilakukan Devi seminggu sekali, tapi sekarang jadi setiap hari untuk membunuh waktu.

Devi juga rajin berolahraga, menonton film dan melihat resep kue di Youtube. Sesekali Devi mengobrol dengan teman-temannya melalui panggilan telepon atau aplikasi pesan daring.

“Selama menjalankan isolasi mandiri, banyak sekali yang dukung dan mengirimkan doa. Mereka juga memberikan saran-saran kesehatan untuk menjaga kekebalan tubuh saya,” papar perempuan yang tinggal di Ciputat ini.

“Saya juga lapor Ketua RW dan Alhamdulillah para tetangga juga ikut support,” tambahnya.