Kisah Penyintas COVID-19 di Jakarta, Tanpa Gejala dan Isolasi Mandiri di Rumah

By Gita Laras Widyaningrum, Jumat, 11 September 2020 | 15:57 WIB
Ilustrasi masker. (freepik)

Nationalgeographic.co.id – Sejak ditemukan pertama kali pada akhir 2019 lalu di Wuhan, Tiongkok, penyakit COVID-19 telah meluas ke berbagai belahan dunia dalam waktu singkat. Data dari worldometers pada Jumat (11/9), menunjukkan bahwa jumlah kasus virus corona di dunia telah mencapai lebih dari 28 juta kasus, dengan 913 ribu kematian.

Sementara itu, di Indonesia sendiri, total kasus menempati angka 207 ribu dengan lebih dari delapan ribu orang yang meninggal dunia.

Sejak mengonfirmasi kasus pertama pada Maret lalu, Indonesia mengalami peningkatan kasus yang signifikan—saat ini hingga tiga ribu per hari.

Baca Juga: Studi: Tenaga Kesehatan yang Menangani COVID-19 Terancam Risiko Burnout

Serangan virus corona pun tidak mampu dihindari oleh Devi Farrah, karyawati di Jakarta. Ia dinyatakan positif COVID-19 pada 25 Agustus lalu, setelah melakukan swab test massal dari kantornya. Sebelumnya, teman kantor Devi sudah dinyatakan mengidap COVID-19 terlebih dulu.

“Saat melihat nama saya ada di daftar pegawai yang positif COVID-19, rasanya seperti nano-nano. Antara percaya dan tidak percaya karena saya merasa sehat-sehat saja,” cerita Devi.

Ia sendiri tidak tahu dari mana tertular virus tersebut. Apakah dari sang teman yang masih bertemu dan berinteraksi dengannya di kantor, perjalanan rumah ke kantor yang menggunakan kendaraan umum serta transportasi online, pekerjaan yang memaksa dirinya bertemu dengan orang asing, atau gedung kantor yang ber-AC dan tidak memiliki ventilasi.

Selama ini, Devi mengatakan, ia selalu memastikan diri mengikuti protokol kesehatan. Perempuan berusia 40 tahun ini selalu mengenakan masker dan kacamata, rajin cuci tangan dengan sabun, juga menggunakan penyanitasi tangan.

Namun, tak dapat dimungkiri, memang ada saat-saat tertentu Devi harus melepas maskernya.

“Contohnya ketika makan siang saya pasti melepas masker. Ya, bisa saja virus corona masuk ke tubuh saya saat itu, wallahualam,” ungkap Devi.

Virus corona. (via PCMA)

Saat mengetahui dirinya positif COVID-19, hanya satu yang ada di pikiran Devi: keluarganya.

“Saya khawatir akan menularkan virus ini ke mereka. Bahkan saat itu saya juga sempat bingung bagaimana menyampaikan ke keluarga saya. Siapa yg harus saya beritahu dulu agar tidak ada yang ikutan panik. Untungnya mereka lebih tenang dari dugaan saya. Justru mereka memberikan saya semangat dan agar tidak takut,” papar Devi.

“Jujur saya sempet menangis saat itu. Ya antara bingung kaget, campur aduklah,” imbuhnya.

Karena tidak memiliki gejala—hanya sedikit merasakan nyeri otot—dokter dan tenaga kesehatan pun meminta Devi untuk isolasi mandiri di rumah. Ini juga dilakukan untuk mengurangi beban rumah sakit yang hampir terisi penuh pasien COVID-19.

Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta, menyebutkan bahwa dari 190 rumah sakit di Jakarta, 67 di antaranya telah dijadikan RS rujukan COVID-19 dan kini semua tempat tidur hampir penuh.

Dilansir dari Kompas.com, Jakarta saat ini memiliki 4.053 tempat tidur di ruang isolasi dan 528 tempat tidur di ICU. Tingkat keterpakaian tempat tidur mencapai 77 persen. "Dan bila ini berjalan terus tidak ada pengereman, dari data tanggal 17 September tempat tidur diisolasi akan penuh dan tidak bisa menampung Covid-19 lagi," ucap Anies dalam konferensi pers yang ditayangkan melalui Youtube Pemprov DKI, Rabu (9/9/2020).

Paparan data mengenai keterisian rumah sakit di DKI Jakarta, saat konferensi pers Pemprov DKI, Rabu (9/9/2020)/ (Pemprov DKI Jakarta)

Saat melakukan isolasi mandiri di rumah, Devi benar-benar tidak keluar dari kamarnya kecuali untuk ke kamar mandi. Ia meminta agar keluarga menjaga jarak dengannya dan tidak menggunakan kamar mandi yang sama. Alat makan dan minum pun dipisahkan.

“Saya seperti sedang ngekos di rumah sendiri,” gurau Devi.

Untuk menghindari rasa bosan dan kesepian selama isolasi mandiri, Devi melakukan berbagai aktivitas di rumahnya. Setiap pagi, sehabis sarapan, ia membersihkan kamar. Kegiatan ini biasanya dilakukan Devi seminggu sekali, tapi sekarang jadi setiap hari untuk membunuh waktu.

Devi juga rajin berolahraga, menonton film dan melihat resep kue di Youtube. Sesekali Devi mengobrol dengan teman-temannya melalui panggilan telepon atau aplikasi pesan daring.

“Selama menjalankan isolasi mandiri, banyak sekali yang dukung dan mengirimkan doa. Mereka juga memberikan saran-saran kesehatan untuk menjaga kekebalan tubuh saya,” papar perempuan yang tinggal di Ciputat ini.

“Saya juga lapor Ketua RW dan Alhamdulillah para tetangga juga ikut support,” tambahnya.

Devi mengonsumsi berbagai vitamin, mulai dari vitamin C, D, E, serta beberapa suplemen untuk mengembalikan daya tahan tubuhnya. Ia juga minum jus, ramuan herbal dan probiotik.

“Selain yang disebutkan di atas, sebenarnya yang paling penting adalah tekad untuk sembuh. Saya sangat ingin virus ini hilang dari tubuh saya. Harapan itulah yang akhirnya membantu saya sembuh. Don’t panic, there’s HOPE,” ungkap Devi ke National Geographic Indonesia melalui pesan WhatsApp.

Jumlah kasus COVID-19 di Jakarta, per Rabu (9/9). (Pemprov DKI Jakarta)

Untuk mencegah semakin banyaknya orang yang terinfeksi COVID-19, Pemprov DKI Jakarta pun memutuskan untuk menarik “rem darurat” dan kembali menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) total, mulai 14 September 2020 mendatang.

Berdasarkan data, ada sekitar 1.347 orang yang meninggal dunia akibat COVID-19 di Jakarta atau setara dengan tingkat kematian 2,7 persen. Sementara itu, kasus aktif COVID-19 di ibu kota mencapai 11.245 orang—beberapa di antaranya masih menjalani perawatan di rumah sakit atau isolasi di rumah.

Baca Juga: Kadar Serotonin Rendah Sebabkan Depresi, Berikut Cara Meningkatkannya

Dengan diberlakukannya kembali PSBB ketat, Anies meminta warga DKI Jakarta untuk belajar, bekerja, dan beribadah di rumah. Beberapa perkantoran non-esensial diwajibkan untuk melakukan work from home—hanya 11 jenis usaha yang masih diperbolehkan bekerja di kantor.

Kapasitas penumpang dan jam operasional transportasi juga akan dibatasi, dan beberapa sarana umum akan ditutup.

Devi sendiri telah dinyatakan negatif pada Kamis (10/9). Meski begitu, ia berpesan agar kita selalu mengenakan masker saat berada di luar rumah. Dan jika tidak ada kepentingan mendesak, “please stay at home,” ujar Devi.

Ia menambahkan, agar kekebalan tubuh tetap terjaga, jangan lupa untuk selalu berpikir positif. “Banyak berita menakutkan tentang COVID-19, juga keluarga yang meninggal karena penyakit ini. Maksud saya, positive thinking aja, nggak usah mikir ini konspirasi atau pakah virus corona ada atau tidak. Yang penting, jalankan semua protokol kesehatan yang dianjurkan dan tetap waspada,” kata Devi.