Kotak Keperawanan dan Budaya Kampung Adat Cecer Manggarai Barat

By Fikri Muhammad, Rabu, 16 September 2020 | 13:18 WIB
Selain digunakan sebagai upacara tari adat Kampung Cecer. Selepa juga menjadi simbol keperawanan perempuan dalam upacara pernikahan. Untuk membukanya, calon lelaki harus membayarnya dengan kerbau atau uang. (Fikri Muhammad)

"Soal kena dan tidak kena bukan jago dan tidak jago," imbuhnya.

Tarian Caci adalah tentang kesabaran. Para penari yang saling pukul dengan cambuk bukan ajang adu jago, melainkan bentuk refleksi diri. (Fikri Muhammad)

Kampung Cecer sendiri berasal dari kata cecer yang dalam bahasa Manggarai berarti bergeser. Dahulu kala, pada generasi ke empat Kampung Cecer, muncul suatu wabah yang melanda masyarakatnya.

Akibat hal tersebut, kampung yang dahulu letaknya di sebelah timur, berpindah mencari posisi lain yang masih berdekatan dengan kali. Ia terus berpindah hingga sampai di posisi yang sekarang sejak tahun 1969.

Baca Juga: Thanaka, Kosmetik Alami Andalan Orang-Orang Myanmar

Kristoforus mendengar cerita wabah itu dari ayahnya. Dan ayahnya diceritakan oleh neneknya. Wabah itu bernama Nemba Bongot yang dipercaya karena kesalahan posisi letak kampung. 

"Orang meninggal mendadak saja, hanya sakit perut meninggal. Dalam sejarahnya karena letak kampung yang salah sehingga harus bergeser dan selalu mengikuti pola alam," ujar Kristoforus.

Kristoforus mengatakan bahwa tidak menutup kemungkinan bahwa masyarakat Kampung Cecer kedepanya akan bergeser ke tempat lain. Karena sudah ada lahan baru yang dipersiapkan untuk pemekaran kampung untuk mengatasi jumlah penduduk yang berlebih.