Kisah Para Seniman Wayang Orang Lestarikan Kesenian Adiluhung di Era Digital

By Fathia Yasmine, Sabtu, 31 Oktober 2020 | 17:02 WIB
Potret Tunas Bharata, generasi muda penerus wayang orang Bharata (Dok. Padepokan Wayang Orang Bharata)

Melalui digitalisasi pula, berbagai informasi dapat lebih mudah diakses secara lebih luas. Begitu juga dengan interaksi masyarakat dan hiburan, berbagai media sosial maupun layanan streaming online mulai bermunculan. Masifnya arus budaya barat membuat kesenian yang menjadi jati diri bangsa tergerus.

Hiburan tradisional seperti pertunjukan Wayang Orang harus berjuang habis-habisan untuk mengimbangi kencangnya perkembangan zaman.

Baca Juga: Sutan Muhammad Amin, Salah Satu Tokoh Sumpah Pemuda yang Berjasa

Kondisi ini pun sempat diungkapkan oleh seniman wayang orang sekaligus sutradara Wayang Orang Bharata Teguh “Kenthus” Ampiranto. Ia mengatakan, antusiasme anak muda dalam melestarikan kebudayaan wayang orang lebih banyak didominasi secara turun temurun.

“Biasanya mengajak anak-anak bergabung itu dengan cara mengingatkan, kalau kami (dan para anak) bisa hidup dari melestarikan wayang orang,” kata Kenthus.

Di kalangan keluarga seniman, nilai-nilai luhur dan pakem penceritaan wayang orang diturunkan sehingga generasi seniman muda tercipta. Namun, agar dapat bertahan di tengah masyarakat, beragam penyesuaian harus dilakukan.

Beradaptasi untuk melampaui zaman

Wayang orang adalah kesenian yang eksistensinya melampaui zaman. Dikutip dari laman Geonusantara, wayang orang atau dikenal dengan istilah wayang wong dalam bahasa Jawa, pertama kali muncul di abad ke-18, tepatnya diciptakan oleh Sultan Hamangkurat I pada tahun 1731 di kota Solo.

Baca Juga: Sejarah Lagu Indonesia Raya, Pertama Kali Dikumandangkan Pada Kongres Pemuda II

Kisah yang ditampilkan saat itu memuat tentang ajaran-ajaran hidup yang bersumber dari kisah-kisah legenda atau sejarah Jawa.

Kisah yang penuh kebijaksanaan dipadu dengan drama, musik, dan seni rupa. Pertunjukkan dibesut oleh dalang yang perannya lebih seperti sutradara, gamelan, serta para pelakon atau pemain untuk memerankan gerak tari, menjadi komponen penting dalam pagelaran ini. 

Potret Tunas Bharata, generasi muda penerus wayang orang Bharata (Dok. Padepokan Wayang Orang Bharata)