Anak-anak bisa belajar dengan penerangan yang layak saat malam hari. Warga pun bisa berkumpul memusyawarahkan persoalan dusun kapan saja.
“Dahulu saat malam kita hanya menggunakan klenting (lampu minyak—red). Memasuki 2017, kami mendapatkan penerangan di Dusun Bondan. Akhirnya kami mendapat PLTH,” kata Mohamad Jamaludin, Humas sekaligus fasilitator E-Mas Bayu dan E-Mbak Mina Dusun Bondan saat ditemui tim National Geographic Indonesia Rabu, (18/11/2020).
Hingga kini, sudah ada 15 PLTH berteknologi HEOP di dusun Bondan. Dusun Bondan pun kian terang.
E-Mas Bayu mampu menghasilkan daya sebesar 12.000 watt peak (WP). Dengan kapasitas listrik sebesar ini, masing-masing rumah di Dusun Bondan bisa menikmati listrik dengan daya sebesar 500 watt.
“Listrik bukan hanya untuk menyalakan lampu lagi. Sekarang warga bisa menonton televisi. Ibu-ibu bisa masak nasi dengan rice cooker,” lanjut Jamaludin.
Menjadi penggerak ekonomi warga
Aliran listrik PLTH ini juga menjadi penggerak ekonomi di Dusun Bondan, terutama dalam pengelolaan tambak. Sebelumnya, tambak dikelola secara tradisional sehingga hasil panennya tidak maksimal.
E-Mas Bayu mendorong kehadiran program energi mandiri tambak ikan (E-Mbak Mina). E-Mbak Mina mewujud dalam bentuk pengelolaan tambak dengan metode silvofishery dan aktivitas Kelompok Usaha Ibu Mandiri.
Metode silvofishery adalah cara budi daya ikan sekaligus penghijauan mangrove dalam satu tambak. Selain manfaat konservasi, akar mangrove juga menyediakan mikroorganisme seperti plankton sebagai makanan udang.
Sedangkan kelompok usaha Ibu Mandiri menjadi wadah pemberdayaan perempuan untuk mengolah hasil panen dari tambak, menjadi produk baru dengan nilai ekonomi yang lebih tinggi.