Nationalgeographic.co.id – Waktu baru menunjukkan pukul 10.00 Wita di Papua bagian Barat. Siang belum menjelang, tetapi teriknya matahari sudah terasa menyengat.
Namun, kondisi tersebut tidak menyurutkan semangat tiga orang petugas kesehatan Puskesmas Keliling (Pusling) Khusus Perairan Kabupaten Sorong.
Ketiga petugas kesehatan tersebut sudah mengarungi lautan dengan perahu berkelir biru menuju Desa Mobi di Distrik Seget, Kabupaten Sorong. Tak lama perahu merapat di dermaga kecil.
Ketiga petugas dengan sigap melompat dari perahu dan bergegas menuju Balai Desa Moibi. Di sana, warga desa yang ingin memeriksakan kesehatannya sudah menunggu. Mereka berbaris sambil memegang nomor antrean.
Seketika senyum sumringah merekah ketika mereka melihat ketiga petugas Pusling tersebut. Rubeka Fairio (37) adalah satu dari puluhan warga yang mengantre di balai desa untuk berobat.
Baca Juga: Pelesir Sesaat di Kota Sorong
Sudah beberapa hari Rubeka tidak dapat beraktivitas karena sakit. Tubuhnya terasa lunglai sehingga ia tidak sanggup membantu suaminya memanen ubi di ladang. Padahal, suaminya kekurangan tenaga untuk memanen semua ubi yang ditanam sebelum Desember tiba.
Sehari-hari Rubeka hanya dapat beraktivitas di rumah. Ia memaksakan tubuhnya bergerak untuk mengasuh anak bungsunya yang berusia kurang lebih setahun, menemani dua anaknya yang lain belajar daring, hingga memasak.
Tak lama mengantre, nama Rubeka pun dipanggil. Ia diperiksa dan diberikan obat. Meski penyakitnya belum sembuh, rasa puas terpancar di wajahnya ketika berjalan keluar dari ruang pemeriksaan.
“Saya mengandalkan Pusling ini untuk berobat. Suami saya sakit (setelah) kerja di kebun, anak saya sakit kakinya (akibat) main bola, berobat di sini,” ujar Rubeka.
Baca Juga: Memahami Wisata Minat Khusus yang Menyasar Pejalan-pejalan Berkualitas
Berobat di Pusling, Rubeka tidak pernah membayar sepeser pun. Semua layanan kesehatan diberikan secara gratis. Kehadirannya di balai desa pun tak pernah alpa. Petugas kesehatan datang secara terjadwal dan layanan kesehatan yang diberikan pun berkualitas.
Sebagai informasi, Pusling sudah hadir di Kabupaten Sorong sejak 2014. Layanan kesehatan yang seing disebut Klinik Terapung tersebut—karena beroperasi dengan keliling menggunakan perahu bermotor—melayani enam desa di Kabupaten Sorong.
Desa-desa tersebut adalah Moibi, Malabang, Klayas, Kasim, Wasinsan, dan Kasimlee. Keenam desa tersebut tidak memiliki fasilitas kesehatan karena lokasinya yang sulit dijangkau.
Kehadiran Pusling di perairan Distrik Seget ini tidak lepas dari peran PT Pertamina (Persero) dalam aksi tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) di bidang kesehatan.
Baca Juga: Bebila dan Jalak Anguci, Tarian Sunyi Komunitas Kolok dari Desa Bengkala
Pusling diapresiasi oleh Kepala Desa Kasimlee Yance Amyamsoum. Ia mengatakan layanan tersebut telah memberi dampak positif bagi desanya. Melalui penyuluhan tentang gizi, Pusling telah membantu menekan angka stunting di desanya.
“Sebelum adanya klinik (Pusling) terdapat tiga kasus stunting setahun. Sekarang menurun drastis, tinggal satu dan itupun karena lahir prematur. Kalau penyakit di desa kami kebanyakan batuk dan flu,” katanya.
Desa yang ia pimpin terdiri dari 80 kepala keluarga dengan total penduduk 200 jiwa. Mayoritas dari warga desanya adalah perempuan dengan mata pencaharian bertani dan melaut.
Dengan kehadiran Pusling, mama-mama yang ada di desanya dapat memperoleh pengetahuan mengenai kesehatan diri dan keluarga dengan lebih baik.
Tetap berikan layanan meski gelombang tinggi
Layanan Pusling tidak absen meski gelombang laut kurang bersahabat. Kepala Puskesmas Keliling Distrik Seget, Selpia P Buruos mengatakan ia dan petugas medis di puskesmas tetap melakukan perjalanan ke desa-desa tak peduli seberat apapun medannya.
Baca Juga: Peran Kita Mengatasi Permasalahan Sampah Puntung
“Jika cuaca tidak bersahabat perjalanan laut bisa lebih lama jadi 50 menit. Kalau cuaca baik, hanya 30 menit saja. Jika cuaca sedang buruk, personel yang berangkat hanya 3-4 dari kapasitas perahu 10 orang,” kata Selpia.
Selpia menuturkan, apa yang dilakukan petugas kesehatan dari Puskesmas Distrik Seget ini adalah komitmen melayani. Sebab, sebelum ada Pusling warga tidak bisa berobat karena harus menempuh perjalanan dengan perahu ke Puskesmas tempatnya bekerja.
Kini, petugas kesehatan lah yang datang menghampiri warga. “Tidak ada lagi warga membiarkan sakitnya atau minum ramuan tradisional saja. Mereka bisa mendapat pemeriksaan yang lebih baik,” ujar Selpia.
Posyandu di desa-desa pun menjadi aktif. Kondisi ibu hamil, ibu melahirkan, dan balita menjadi terkontrol dengan adanya layanan rutin dari Pusling.
Saat ini, kegiatan CSR Pertamina tidak hanya meliputi bidang kesehatan, tetapi juga pengelolaan lingkungan, pemberdayaan ekonomi, dan pendidikan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat pesisir Distrik Seget.