Bawang Goreng hingga Tanaman Hidroponik Jadi Nyawa Kedua Petani Indramayu

By Yussy Maulia, Senin, 7 Desember 2020 | 15:09 WIB
Produk bawang merah oleh petani Indramayu ()

Pertamina kemudian membentuk Kelompok Wanita Tani (KWT). Bermodalkan tanah dan polybag para anggota KWT melakukan penanaman mandiri di pekarangan rumah mereka.

Hasilnya pun cukup memuaskan. Mereka berhasil memanen berbagai sayuran mulai dari kangkung, bayam, hingga terong. Kesuksesan para wanita tani ini akhirnya membuat Desa Bongas Wetan mempercayakan lahan seluas 600 meter persegi kepada mereka untuk ditanduri berbagai macam produk pertanian.

Baca Juga: Peneliti Ungkap Peradaban Pertanian Papua Nugini 1000 Tahun Lebih Awal

Kelompok Tani Wanita (KWT) di Majalengka ()

Hasil tani yang apik, membuat produk tersebut dikenal hingga ke luar Desa Bongas Wetan. Tidak jarang, para KWT mendapat banyak pesanan setelah panen.

“Untuk terung dengan berat sekitar 1 kilogram-nya dihargai Rp 5000. Sedangkan labu madu memiliki harga yang cukup tinggi dibandingkan produk tani yang lain, yaitu sekitar Rp 25.000 per kilogramnya,” ungkap Mimin Rumini, ketua KWT.

Upaya pemberdayaan masyarakat tani di Desa Bengas Wetan juga dilakukan Pertamina dengan membentuk Pusat Edukasi Pertanian Pemuda Pecinta Pertanian dan Lingkungan Generasi Milenial Bongas Wetan (Pepeling Gembos).

Model penanaman hidroponik pun menjadi salah satu materi utama yang diberikan pada Pepeling Gembos untuk menggarap lahan bekas mes Pertamina di desa tersebut.

Baca Juga: Memetik Manfaat dari Kebun Hidroponik Pokbun Flamboyan 

Ketua Kelompok Pepeling Gembos Sujono Tri Pamungkas mengatakan, pemilihan model hidroponik didasarkan pada minat dan tren yang sedang digemari oleh anak-anak muda.

“Banyak anak muda yang tidak tertarik dengan pertanian. Oleh karena itu, model hidroponik ini menjadi andalan kelompok kita untuk menarik minat anak muda untuk bertani,” ungkap pria yang akrab disapa Jo tersebut.

Lahan tanam Pepeling gembos bisa menanam lebih dari 21 jenis tanaman. Hasil tani ini ada yang dikonsumsi oleh anggota, ada juga yang dijual melalui media sosial Facebook dan Instagram dengan nama akun @pepeling_gembos.

Langkah ini juga merupakan salah satu wujud pembangunan berkelanjutan oleh CSR Pertamina untuk mencapai tujuan ketahanan pangan dan mendukung pertanian berkelanjutan serta pertumbuhan ekonomi masyarakat.

“Kita punya mimpi besar, yaitu menjadikan lahan pertanian Pepeling Gembos ini sebagai Pusat Edukasi Pertanian yang bisa diakses oleh siapapun, khususnya anak-anak muda,” tutup Jo.