Kolaborasi Tangani Sampah Puntung Dimulai dari Kesadaran Diri

By Yussy Maulia, Selasa, 8 Desember 2020 | 15:57 WIB
Webinar ()

Nationalgeographic.co.id – Sampah plastik bukanlah satu-satunya persoalan lingkungan yang perlu mendapat perhatian khusus. Ada sampah lain yang berukuran lebih kecil tetapi juga berdampak negatif bagi lingkungan.

Studi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang tembakau dan dampaknya terhadap lingkungan mengungkapkan, sejak tahun 1980-an sampah puntung telah menyumbang 30 persen hingga 40 persen dari total sampah di perkotaan.

Di sisi lain, Survei Kantar (2020) menyebut, 25 persen perokok dewasa membuang sampah puntung mereka sembarangan karena hal itu sudah dianggap wajar.

Ukurannya yang kecil membuat banyak orang menganggap sampah puntung bukan masalah besar. Padahal, bila dibiarkan sampah puntung yang dibuang sembarangan dapat terbawa air hujan dan aliran selokan dan berakhir di laut.

Baca Juga: Perjalanan Ramah Lingkungan dengan Bahan Bakar dari Sampah Plastik

Melihat permasalahan ini, National Geographic Indonesia melalui gerakan #SayaPilihBumi bersama PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) melalui payung program Sampoerna Untuk Indonesia, berkolaborasi untuk membangun kesadaran bersama dalam mengatasi masalah puntung rokok di Indonesia.

Hal itu diwujudkan dalam webinar bertajuk “Kolaborasi Membangun Kesadaran dalam Penanganan Sampah Puntung” yang diselenggarakan pada Sabtu (28/11/2020).

Webinar tersebut menghadirkan beberapa pembicara yang ahli di bidangnya untuk #BerbagiCerita sekaligus mengedukasi masyarakat tentang bagaimana dampak yang bisa ditimbulkan oleh sampah puntung apabila tidak dikelola dengan baik

Salah satunya adalah Kasubdit Barang dan Kemasan Direktorat Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Ujang Solihin Sidik yang menyebut, permasalahan sampah puntung terjadi akibat kurangnya kesadaran diri.

Baca Juga: Peran Kita Mengatasi Permasalahan Sampah Puntung

“Ketika bicara urusan sampah, 50 atau 60 persen itu urusannya dengan perilaku kita. Apakah kita (sengaja) jadi tukang nyampah atau kita komit untuk tidak membuang sampah sembarangan,” ujar Solihin.

Dengan demikian, perlu dilakukan sosialisasi untuk menciptakan behavioral change atau perubahan perilaku. Salah satu cara untuk memulainya adalah mengedukasi bahaya dari sampah puntung itu sendiri.

Senada dengan Solihin, Puteri Indonesia 2015 yang juga merupakan co-founder organisasi lingkungan Seasoldier, Nadine Chandrawinata mengatakan bahwa sampah puntung dapat diatasi jika masyarakat sadar seberapa besar dampaknya terhadap lingkungan. Ia menyebut, sampah puntung dapat meracuni ekosistem laut.

“Puntung ini salah satu sampah terbanyak, tapi tidak terlihat. Di ekosistem darat, puntung membutuhkan waktu bertahun-tahun lamanya untuk bisa terurai. Sementara di laut, sampah tersebut bisa meracuni ekosistem laut,” terang Nadine.

Baca Juga: Plastik yang Dimakan Burung Laut Lepaskan Bahan Kimia Beracun ke Pencernaannya

Kembali dijelaskan oleh Nadine, filter pada puntung yang berukuran kecil bisa mengecoh hewan-hewan di laut dan membuat mereka mengira itu adalah makanan. Akibatnya, hewan-hewan tersebut mati keracunan.

Butuh upaya bersama

Sementara itu, founder Waste4Change M. Bijaksana Junerosano yang turut menjadi pembicara pada webinar tersebut mengemukakan, jumlah sampah puntung saat ini menempati posisi pertama sebagai jumlah sampah terbanyak yang ditemukan di pesisir pantai.

Menurut data Waste4Change pada 2019, ada kurang lebih 115.000 sampah puntung rokok ditemukan di pesisir pantai.

“(Sampah puntung) Bisa datangnya dari aliran sungai atau mungkin terbawa angin karena ukurannya yang ringan dan kecil, sehingga terdampar di pantai dan terseret ke laut,” ujar Junerosano atau akrab dipanggil Sano.

Baca Juga: Telisik Sampah Plastik, Bikin Kotor Daratan Hingga Cemari Lautan Kita!

Oleh karenanya, dibutuhkan kesadaran dan perubahan perilaku untuk tidak menyepelekan sampah puntung meski ukurannya kecil. Sano mengatakan persoalan sampah ini dapat diselesaikan dengan kesadaran dan kontribusi semua pihak.

Waste4Change sendiri saat ini tengah melakukan uji coba program Send Your Waste yang bekerja sama dengan Sampoerna melalui payung program Sampoerna Untuk Indonesia.

Program ini mengajak masyarakat mengumpulkan puntung untuk dikirimkan ke mitra Waste4Change. Sampah tersebut kemudian akan dikelola.

“Program ini dilakukan supaya puntung tidak tercecer dan mengotori lingkungan. Nantinya akan ada laporan, sampah puntung yang dikirim itu sudah dikelola menjadi apa,” terang Sano.

Selain itu, Waste4Change juga mendorong ruang publik terutama smoking area untuk memiliki tempat sampah khusus puntung.

Baca Juga: Tak Hanya Sampah Plastik, Puntung Rokok Juga Berbahaya Bagi Lingkungan

“Hal ini (dilakukan) supaya sampah puntung tidak bercampur dengan sampah lain. Sehingga, sampah puntung bisa langsung dikelola dengan baik,” ungkap Sano.

Menyadari bahwa puntung itu sampah

Head of External Affairs PT HM Sampoerna Tbk Ishak Danuningrat pada kesempatan tersebut pun turut menceritakan kontribusi Sampoerna dalam penanganan sampah puntung ini. Salah satunya melalui kampanye #PuntungItuSampah.

Ishak mengungkapkan, sejak tahun 2019 Sampoerna aktif berkolaborasi dan menggandeng lebih dari 20 komunitas peduli lingkungan dan menjangkau lebih dari 600 audiens.

Selain itu, Sampoerna telah membagikan lebih dari 3.000 portable ashtray atau asbak kantong pada para perokok aktif. Program ini berhasil mengurangi hingga 38.640 sampah puntung di jalanan berdasarkan riset yang dilakukan mitra lembaga.

Baca Juga: Ekonomi Sirkular: Solusi di Tengah Menumpuknya Sampah Plastik

Kampanye ini ditargetkan untuk para perokok dewasa. Mereka diajak untuk lebih peduli lingkungan dengan tidak membuang sampah puntung sembarangan.

“Kami percaya, pendekatan yang berkelanjutan atau sustainable untuk menjalankan permasalahan puntung rokok adalah mengajak perokok untuk membuang puntung mereka dengan benar,” ujar Ishak.

Aksi dukungan dari masyarakat

Sebagai salah satu langkah untuk menyuarakan kampanye #PuntungItuSampah, Sampoerna beserta National Geographic Indonesia telah mengadakan lomba untuk membuat video aksi peduli sampah puntung yang berlangsung 12 – 23 November 2020.

Video challenge ini diunggah melalui Instagram @sayapilihbumi dan @natgeoindonesia sebagai bentuk ajakan peduli lingkungan untuk tidak membuang puntung sembarangan, terutama di generasi milenial.

Baca Juga: Pengelolaan Sampah di Indonesia Masih Buruk, Perlu Kolaborasi dan Revolusi

Aksi ini mendapat dukungan positif dari masyarakat, dilihat dari partisipan yang antusias mengikuti lomba tersebut.

Ishak mengungkapkan terima kasihnya pada seluruh peserta yang telah menunjukkan antusiasmenya pada video challenge ini. Sebab, aksi peduli sekecil apapun dari masyarakat akan berdampak baik ke depannya.

“Ketika semua pihak mau bekerja sama, maka penanganan sampah puntung bisa dijalankan dengan lebih baik,” tutup Ishak.