Nationalgeographic.co.id – Terlepas dari identitasnya sebagai sentra wisata di Pulau Lombok, Kota Mataram tidak jauh berbeda dengan kebanyakan ibu kota di dunia.
Jika menelisik ke daerah permukimannya, dinamika kehidupan dan sejumlah persoalan sosial penduduknya juga dapat ditemukan.
Menelusur Kota Tua Ampenan, salah satu kecamatan di Mataram yang lokasinya paling dekat dengan Pantai Senggigi, dapat ditemukan sebuah gang sempit yang menjadi saksi jatuh bangunnya warga penyandang disabilitas menyambung kehidupan.
Sebagai warga minoritas, tidak mudah bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup dan menggerakkan ekonomi rumah tangga.
Baca Juga: Desanya Tak Lagi Membara, Warga Sei Pakning Dulang Berkah Wangi dari Lahan Gambut
Di gang sempit tersebut berdiri sebuah pondok milik Yayasan Garuda Rinjani yang menjadi pusat aktivitas mereka.
Alunan irama dangdut menyambut tim National Geographic Indonesia saat berkunjung ke sana, Minggu (20/11/2020).
Sebanyak 10 orang yang tengah bekerja di pondok tersebut ditemani alunan irama tersebut. Mereka bekerja bersama membuat sapu dan kemoceng sembari bercengkrama.
Tangan-tangan terampil mereka merangkai lidi dan bulu-bulu ayam yang jadi bahan pembuatnya. Keterampilan tersebut membuat orang-orang tidak menyangka bahwa mereka memiliki keterbatasan fisik.
Di sekitar mereka berserakan berbagai perkakas dan beberapa alat bantu jalan berupa tongkat kruk.
Baca Juga: Menilik Buah Manis Konservasi Ekosistem Pantai di Kabupaten Bangkalan
Dari jauh, Sunardi, Ketua Yayasan Garuda Rinjani mengamati teman-temannya yang tengah sibuk bekerja sambil sesekali melempar gurauan. Ia kemudian mengamati sapu-sapu yang sudah selesai dibuat.