Arkeolog Temukan Kemungkinan Manusia Purba Melakukan Hibernasi

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Jumat, 25 Desember 2020 | 09:30 WIB
Rekonstruksi Neanderthal yang dibuat untuk Natural History Museum di London. ()

Nationalgeographic.co.id—Berbagai mamalia tertidur panjang selama musim dingin, atau biasa disebut berhibernasi. Sayangnya, manusia tidak memiliki kemampuan itu, meski jika Anda ingin sekali melakukannya.

Tetapi penelitian terbaru diterbitkan bulan ini, menguak kemampuan tersebut ada pada manusia purba. Meski hasilnya masih terlalu dini dan membutuhkan penelitian lebih lanjut, penemuan tersebut menyatakan bahwa manusia purba meski memiliki kemampuan, tapi tak sebesar kemampuan mamalia lainnya seperti beruang.

Hibernasi sangat berisiko bagi individu dari spesies tersebut, karena dapat terserang beberapa penyakit, yang umumnya menyerang ginjal setelah hibernasi bila tak memiliki cadangan yang cukup sebelumnya.

Baca Juga: Homo Erectus Bumiayu, Temuan Arkeologi Manusia Purba Tertua di Jawa

Fosil berusia 430.000 tahun yang ditemukan di Gua Sima de Los Huesos, Atapuerca, Spanyol utara tersebut menjadi bukti bahwa salah satu spesies nenek moyang kita, Homo heidelbergensis melakukannya setelah ditinjau oleh arkeolog.

“Bukti penyembuhan tahunan yang disebabkan oleh hibernasi, tidak dapat ditoleransi pada individu remaja (yang menunjukkan) adanya pubertas yang berselang tahunan dalam populasi ini,” tulis Antonis Bartsiokas dari Democritus University of Thrace, Yunani, dan Juan-Luis Arsuaga dari Universidad Complutense de Madrid, dalam temuan mereka yang dipublikasikan di ScienceDirect.

Situs purbakala di Sima de Los Huesos yang menjadi makam bagi manusia purba dari 400.000 tahun yang lalu. (César Manso/AFP/Getty Images)

“Hipotesis hibernasi yang konsisten (itu), dengan bukti genetik, dan fakta bahwa hominim Sima de Los Huesos hidup selama zaman es,” ungkap mereka.

Menurut pengamatan mereka, homonim purba ini belum siap berhibernasi, karena pada kerangka mereka memiliki kecatatan seperti, kekurangan vitamin D, tak memiliki cadangan lemak yang cukup, dan pada remajanya memiliki pertumbuhan musiman yang tak lazim.

"Gagasan bahwa manusia dapat menjalani keadaan hipometabolik yang dianalogikan dengan hibernasi mungkin terdengar seperti fiksi ilmiah, tetapi fakta bahwa hibernasi digunakan oleh mamalia dan primata yang sangat primitif, menunjukkan bahwa dasar genetik dan fisiologi untuk hipometabolisme semacam itu dapat dipertahankan di banyak spesies mamalia. termasuk manusia, " terang Bartsiokas dan Arsuaga.

Baca Juga: LIPI Menerbitkan Buku Berseri Tentang Perhitungan Danau di Indonesia

Ditambah pula keberadaan mereka yang ditemukan di Gua Sima yang menjadi daya tarik untuk dicocokkan dengan pola hibernasi mamalia pada umumnya. Strategi ini bisa menjadi salah satu solusi bagi manusia purba tersebut untuk bertahan hidup berbulan-bulan, karena kondisi yang sangat dingin di luar.