Pala dan Cengkih, Rempah Nusantara yang Menjadi Primadona di Maluku

By Yussy Maulia, Minggu, 27 Desember 2020 | 10:44 WIB
(Shutterstock)

Ilmu kartografi pun berkembang secara masif dengan memadukan geografi, astronomi, survei, seni, dan teknologi pembuatan peta atau globe.

Pada tahun 1512, Portugis akhirnya berhasil menjadi bangsa Eropa pertama yang tiba di Maluku. Armada kapal tersebut berada di bawah kepemimpinan Kapten Franseso Serrão dalam ekspedisi Antonio de Abreu.

Menurut Tome Pires dalam Suma Oriental, Serrão tercatat sebagai orang Eropa pertama yang menginjakkan kakinya di wilayah Maluku. Tempat itu juga menjadi titik paling timur dalam perjalanannya.

Kedatangan Serrão di Maluku pun mendapat sambutan yang hangat dari penduduk. Sebab, orang-orang Portugis mampu beradaptasi dengan baik. Belum lama mereka tinggal, kepercayaan rakyat telah berhasil didapat.

Baca Juga: Kartografi Dunia Berutang Kepada Rempah Maluku

Namun, semua itu tidak berlangsung lama ketika bangsa Portugis bukan lagi bertindak sebagai pendatang, melainkan sebagai koloni.

Terjadinya pertumpahan darah

Di bawah kepemimpinan Sultah Bayanullah, bangsa Portugis berhasil menguasai Ternate dan ikut campur dalam politik kerajaan. Budaya-budaya Portugis juga mulai di bawa ke dalam kehidupan Maluku.

Kemudian, daerah-daerah di sekitarnya turut menjadi incaran. Tidore, pulau yang terletak di seberang tenggara Pulau Ternate, adalah salah satunya.

Namun, wilayah yang sejak lama berselisih dengan Ternate itu menolak kehadiran bangsa Portugis. Untuk mendesak rakyat Tidore, bangsa Portugis pun melakukan gencatan sejata.

Kegelisahan Tidore menghadapi tekanan Portugis-Ternate tersebut tidak berlangsung lama. Seolah seperti kebetulan yang direncanakan, pertolongan tidak terduga datang dari Spanyol.

Baca Juga: Kisah Perjuangan Martha Christina Tiahahu, Srikandi dari Tanah Maluku