Pala dan Cengkih, Rempah Nusantara yang Menjadi Primadona di Maluku

By Yussy Maulia, Minggu, 27 Desember 2020 | 10:44 WIB
(Shutterstock)

Nationalgeographic.co.id –  Rempah-rempah Maluku telah melahirkan sejarah terbukanya gerbang perdagangan Indonesia dengan dunia. Pala dan cengkih menjadi komoditas utama yang dijual dengan harga tinggi pada masanya.

Pedagang dari Jawa, Melayu, Arab, dan China datang ke Maluku untuk membeli rempah-rempah tersebut. Kedatangan mereka sebaliknya membawa beras, tenunan, perak, gading, dan barang-barang lainnya.

Cerita mengenai rempah-rempah yang dijual dengan harga tinggi ini sampai hingga ke bangsa Eropa. Cerita tersebut datangnya dari para pedagang Arab di Jalur Sutra.

Mereka kerap menyebut tanaman dari Maluku yang dapat memberi cita rasa untuk segala jenis makanan. Bahkan, dipercaya mampu menyembuhkan beberapa jenis penyakit yang mewabah di Eropa pada masa itu.

Baca Juga: Melodrama Para Pionir Penjelajah Samudra di Kepulauan Rempah

Menurut penelitian sejarawan Meta Puji Astuti, desas-desus itu yang mengawali perjalanan bangsa Eropa untuk mencari keberadaan Kepulauan Maluku.

Kedatangan bangsa Eropa

Pada abad ke-15, perdagangan di Eropa didominasi oleh bangsa Spanyol dan Portugis. Demi memupuk kekayaan dan ekspansi wilayah kekuasaan, keduanya membuat Perjanjian Tordesillas.

Dalam perjanjian tersebut, bagian barat (benua Amerika) menjadi wilayah teritorial bangsa Spanyol, sementara di bagian timur (benua Afrika) menjadi wilayah teritorial bangsa Portugis.

Ketika pencarian rempah dimulai, bangsa Spanyol dan Portugis tetap berpegang pada Perjanjian Tordesillas. Daerah teritorial mereka menjadi titik awal pencarian kepulauan rempah itu.

Baca Juga: Ludovico di Varthema, Sang Penentu Arah Pemburu Rempah

Peta dan jalur pelayaran mulai disusun. Bartolomeus Diaz, Fransisco Serrão, Ferdinand Magellan, dan Francis Drake adalah tokoh-tokoh terkait yang tersohor pada masanya.