Kecelakaan Pesawat yang Mengubah Arah Sejarah Dirgantara Dunia

By Fikri Muhammad, Selasa, 12 Januari 2021 | 17:58 WIB
Delta 191 (TheFlightChannel/YouTube)

Nationalgeographic.co.id—Beberapa kecelakaan pesawat nampaknya telah memengaruhi dirgantara dunia. Adapun Interesting Engineering merangkumnya dalam beberapa kejadian berikut:

Baca Juga: Mengapa Pesawat Komersial Tak Menyediakan Parasut untuk Penumpangnya?

Kecelakaan yang sebabkan sistem deteksi downdraft diterapkan sebagai standar

Pesawat bernama Delta Flight 191 berjenis Lockheed L-1011 jatuh pada tahun 1985 di Bandara Dallas/Forth Worth, Texas. Ketika mendekati badara, Delta 191 terkena badai petir dan angin kencang. 

Pilot tidak bisa mengendalikan pesawat dan menabrak tanah. Banyak penumpangnya tewas secara langsung. Ia juga menabrak sebuah mobil yang sedang melaju di Texas 114 dan menewaskan sang pengemudi. 

Diberitakan 136 orang tewas dan 27 selamat termasuk seorang anak laki-laki berusia 12 tahun yang terlempar dari reruntuhan.

Peristiwa menghebohkan ini memicu penyelidikan NASA/FAA selama 7 tahun. Hasilnya adalah rekomendasi detektor forward-looking windshear radar untuk menjadi fitur standar di pesawat. 

Detektor ini menggunakan teknologi pemrosesan Doppler, sebuah sensitivitas radar cuaca yang memungkinkan untuk mendeteksi ledakan mikro yang menyebabkan downdraft dan windshear. 

Kecelakaan yang memelopori peningkatan besar-besaran pada keselamatan mesin di pesawat terbang

United Flight 232. (Phil Denver, Jr./Twitter)

United Flight 232 sedang dalam perjalanan dari Denver ke Chicagi pada 19 Juli 1989. Mesin ekor DC-10 nya mengalami kegagalan yang membuat saluran hidrolik pesawat terputus. Hal ini membuat pilot tidak bisa mengemudikan pesawatnya.

Pesawat itu pun kemudian jatuh dan terbakar. Dari 296 penumpang terdapat 185 yang selamat.

Investigasi kecelakaan menemukan kesalahan pada desain mesin DC-10 dan kegagalan untuk mendeteksi celah pada cakram kipas mesin. Kecelakaan itu akhirnya membuat FAA memodifikasi sistem hidrolik DC-10.

Kecelakaan Air Canada 797 dan adopsi detektor asap di toilet

Air Canada Flight 797 (Air Disasters/Twitter)

Pada 2 Juni 1983, Air Canada Flight 797 terbakar di landasan pacu di Bandara Cincinnati. Kecelakaan ini mengakibatkan 23 dari 46 orang meninggal. 

Tanda-tandanya sudah terlihat saat perjalanan dari Dallas ke Toronto ini, yakni adanya gumpalan asap yang keluar dari toilet belakang. 

Asap hitam pun segera memenuhi kabin. Menyebabkan sang pilot tidak dapat melihat panel instrumen dengan benar. Meskipun demikian, pilot dengan selamat mendaratkan pesawat itu di Bandara Cincinnati. Namun saat pintu darurat dibuka kabin itu terbakar. 

Karena kejadian itu FAA menyelediki dan menuntut agar semua toilet di pesawat memiliki detektor asap dan alat pemadam kebakaran otomatis yang dipasang di semua pesawat. 

Langkah-langkah isolasi api ini berlanjut ke pencahayaan lantai untuk membantu menuntun penumpang saat melewati asap tebal.

Tabrakan udara yang menyebabkan terbentuknya FAA

TWA Flight 2 dan United Airlines Flight 718 (TheFlightChannel/YouTube)

Dua pesawat bernama TWA Flight 2 dan United Airlines Flight 718 bertabrakan di udara dekat Grand Canyon pada tahun 1956 yang menewaskan 100 orang lebih. Tabrakan ini pun kemudian terkenal sebagai 1956 Grand Canyon Collision.

Insiden tersebut memicu program peningkatan besar-besaran sistem kendali lalu lintas udara di seluruh negeri dan juga menyebabkan pembentukan Federal Aviation Agency (FAA) pada tahun 1958. Hal ini dalah upaya untuk meningkatkan keselamatan di udara.