Nationalgeographic.co.id—Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) menerangi seluruh Kampung Teluk Semanting, Kalimantan Timur. Pembangunan PLTS dimulai sejak Oktober 2010. Lalu mulai beroperasi pada awal Januari 2018 dan terus berfungsi sampai sekarang.
PLTS memiliki kapasitas 35 kWp untuk 85 saluran rumah. Alat pengukur daya listrik dikirim ke setiap rumah dan masing-masing rumah terpasang kwh meter. Untuk 24 jam, satu rumah mendapatkan jatah 700 watt per hari.
"Jadi di setiap rumah kita pasangin kWh meter, alat pengukur daya listrik yang dikirim ke rumah warga. Itu kita bagikan per 24 jam 700 watt. Setiap pukul 6 sore masuk pulsa 700 ribu," ucap Fathur Rizal, warga sekaligus operator PLTS Kampung Semanting, Kalimantan Timur (06/03/2020).
Pemanfaatan aliran listrik tenaga surya sangat bergantung dari konsumenya. Warga harus mengatur pemakaian listrik. Seperti mematikan lampu di siang hari sehingga daya 700 watt itu bisa hemat pada malam hari.
Rizal juga sigap ketika ada keluhan dari warga manakala ada kendala teknis listrik di rumah mereka. Selama 24 jam selalu siap sedia manakala dibutuhkan.
Pembangunan PLTS merupakan hasil pengajuan proposal warga pada Dinas Provinsi. Sebelum ada PLTS Kampung Teluk Semanting menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) dengan durasi listrik hanya 5 jam saja untuk malam hari, yakni jam 6 sampai jam 11 malam.
Menggunakan tenaga diesel memiliki kendala yang cukup banyak menurut Rizal. Voltase listrik tidak stabil, masalah sistem dan menkanisme, serta pembengkakan bahan bakar minyak. Kemudian biaya yang harus ditanggung masyarakat sebesar 150 ribu per bulan untuk tenaga diesel berkapasitas 20 kilo Watt.
Sedangkan untuk PLTS masyarakat dipungut biaya sebesar 100 ribu per bulan untuk tiap rumah. Masyarakat merespon postif akan kehadiran PLTS ini.
"Alhamdulillah respon konsumen positif sekali bahkan sampai masuknya instalasi listrik, warga berkata jangan sampai PLTS dipadamkan. Artinya mereka cukup puas dengan pemakaian listrik terutama dengan pungutan iuranya," ucap Rizal pada National Geographic Indonesia.
Baca Juga: Jadi Sandaran Hidup, Mangrove Semanting Beri Ketersediaan Sumber Daya
Selain, PLTS, masyarakat Kampung Teluk Semanting baru-baru ini kedatangan aliran listrik dari PLN. Namun menurut Rizal warga agak khawatir bila listrik masuk maka PLTS akan dihilangkan atau dialihkan menjadi usaha desa. Sekarang, pemakaian PLTS dan listrik PLN pun berdampingan namun
Kendala untuk PLTS itu sendiri minim menurut Rizal, selagi belum ada kerusakan dari ekeltriknya. Sedangkan kendala alam biasanya terdapat di musim hujan yang berturut-turut. Maksimal 8-14 hari hujan nonstop. Maka harus ada pemadaman siang untuk penyimpanan. Sementara, penyimpanan PLTS sendiri mencapai 35 kWp.
Penggunaan PLTS ini selain hemat juga ramah lingkungan. Jika ada penambahan watt meter untuk PLTS maka akan lebih baik untuk Kampung Teluk Semanting.
"Listrik kami juga sangat mencukupi. Alhamdulillah dua tahun jalan masih kita nikmati. Besar harapan plts kalau kita bisa ditambah lebih bagus. Artinya tambah kapasitas dengan watt meter perumah akan lebih hemat dan ramah lingkugan," kata Rizal.
Saat ini PLTS Kampung teluk Semanting memiliki total 177 panel surya dengan 200 Wp, 144 baterai bank, 6 unit infenter, 9 unit SCC, dan dua panel AC&DC dengan 30 titik lampu penerangan jalan.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | Wawancara warga Teluk Semanting |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR