Nationalgeographic.co.id—Ada kalanya dalam proses evolusi suatu makhluk disebabkan berbagai faktor yang membuat mereka harus mampu beradaptasi demi keberlangsungannya. Sejak Darwin mengemukakan teorinya, para ilmuwan memperdebatkan peran relatif dari faktor eksternal dan internal evolusi berskala besar.
Melalui evolusi buaya, para penelti University of Bristol mencari tahu bagaimana proses tersebut memiliki pola. Sebelumnya dorongan perubahan evolusinya menjadi teka-teki, apakah karena perubahan iklim, atau faktor sifat seperti perasingan seksual.
“Kami memastikan bahwa faktor lingkungan memainkan peran penting dalam evolusi buaya,” tulis mereka.
Studi mereka menjelaskan, meski leluhur buaya sudah ada sejak periode Triassic, tetapi rupa dan bentuk yang bertahan hingga kini berasal dari spesies periode Jurassic sekitar 200 juta tahun yang lalu. Tetapi yang berubah hanyalah ukuran dan sifatnya.
Baca Juga: Studi: Air Mata Buaya Mirip dengan yang Dimiliki Manusia
Pada dasarnya, buaya purba archosaurus merupakan raksasa seperti dinosaurus lainnya seperti bergerak cepat, dan hidup di laut. Disinyalir perubahan sifat dan ukuran ini disebabkan proses evolusi yang dipengaruhi faktor lingkungan. Buaya yang kita kenal saat ini hanya 25 spesies yang bertahan.
Maximilian T. Stockdale dan Michael J. Benton, mempublikasikan penelitiannya di jurnal Nature Communication Biology. Mereka menganalisa menggunakan tiga pendekatan berbeda untuk membuat linimasa ukuran tubuh, dan perbedaannya.
“Termasuk pendekatan empiris, yang mengasumsikan catatan fosil mewakili pola yang sebenarnya, dan dua metode turunan menggunakan pohon filogenetik untuk menyimpulkan taksa yang hilang,” ungkap mereka.
Mereka menilai perubahan pada buaya melalui pandangan pola evolusi keseimbangan bersela. Yakni pola yang ditandai proses spesiasi cepat yang terisolasi antara jangka waktu yang lama, dengan sedikit atau tanpa perubahan.
Hasilnya, mereka menemukan bahwa laju evolusi buaya umumnya berjalan lambat, tetapi kadang berkembang cepat karena perubahan lingkungan sekitarnya. Evolusi mereka dapat semakin cepat terutama saat iklim lebih hangat.
“Analisa kami menggunakan teknik yang mempelajari algoritma untuk menghitung agar dapat memperkirakan tingkat evolusi,” terang Stockdale yang dilansir Science Daily.