Studi Ungkap Alasan Buaya Kini Lebih Kecil dari Pendahulunya

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Rabu, 27 Januari 2021 | 17:52 WIB
Buaya juga terancam oleh populasi manusia. (Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id—Ada kalanya dalam proses evolusi suatu makhluk disebabkan berbagai faktor yang membuat mereka harus mampu beradaptasi demi keberlangsungannya. Sejak Darwin mengemukakan teorinya, para ilmuwan memperdebatkan peran relatif dari faktor eksternal dan internal evolusi berskala besar.

Melalui evolusi buaya, para penelti University of Bristol mencari tahu bagaimana proses tersebut memiliki pola. Sebelumnya dorongan perubahan evolusinya menjadi teka-teki, apakah karena perubahan iklim, atau faktor sifat seperti perasingan seksual.

“Kami memastikan bahwa faktor lingkungan memainkan peran penting dalam evolusi buaya,” tulis mereka.

Studi mereka menjelaskan, meski leluhur buaya sudah ada sejak periode Triassic, tetapi rupa dan bentuk yang bertahan hingga kini berasal dari spesies periode Jurassic sekitar 200 juta tahun yang lalu. Tetapi yang berubah hanyalah ukuran dan sifatnya.

Baca Juga: Studi: Air Mata Buaya Mirip dengan yang Dimiliki Manusia

Jejak buaya purba (Kyung Soo Kim)

Pada dasarnya, buaya purba archosaurus merupakan raksasa seperti dinosaurus lainnya seperti bergerak cepat, dan hidup di laut. Disinyalir perubahan sifat dan ukuran ini disebabkan proses evolusi yang dipengaruhi faktor lingkungan. Buaya yang kita kenal saat ini hanya 25 spesies yang bertahan.

Maximilian T. Stockdale dan Michael J. Benton, mempublikasikan penelitiannya di jurnal Nature Communication Biology.  Mereka menganalisa menggunakan tiga pendekatan berbeda untuk membuat linimasa ukuran tubuh, dan perbedaannya.

“Termasuk pendekatan empiris, yang mengasumsikan catatan fosil mewakili pola yang sebenarnya, dan dua metode turunan menggunakan pohon filogenetik untuk menyimpulkan taksa yang hilang,” ungkap mereka.

Mereka menilai perubahan pada buaya melalui pandangan pola evolusi keseimbangan bersela. Yakni pola yang ditandai proses spesiasi cepat yang terisolasi antara jangka waktu yang lama, dengan sedikit atau tanpa perubahan.

Hasilnya, mereka menemukan bahwa laju evolusi buaya umumnya berjalan lambat, tetapi kadang berkembang cepat karena perubahan lingkungan sekitarnya. Evolusi mereka dapat semakin cepat terutama saat iklim lebih hangat.

“Analisa kami menggunakan teknik yang mempelajari algoritma untuk menghitung agar dapat memperkirakan tingkat evolusi,” terang Stockdale yang dilansir Science Daily.

Baca Juga: Apa Jadinya Jika Martin Luther King Jr. Tidak Pernah Dibunuh?

Pemandangan warga yang duduk di atas buaya adalah hal biasa di desa Bazoule. (Olympia De Maismont/AFP)

“Kami mengukur ukuran tubuh, hal yang penting untuk mengetahui seberapa cepat hewan tumbuh, berapa banyak makanan yang mereka butuhkan, seberapa besar populasinya, dan seberapa besar kemungkinan mereka akan punah.”

Temuan ini menunjukkan bahwa buaya memiliki keanekaragaman terbatas, dan kemiripan bentuknya dengan nenek moyangnya disebabkan proses evolusi yang lambat. Para peneliti mengira, buaya memiliki susunan tubuh yang efisien dan adaptif, sehingga proses evolusi tak perlu mengubahnya.

Mereka juga berargumen, kemampuan adaptif ini pula yang menjadi alasan buaya selamat dari tumbukan meteor besar di akhir periode Cretaceous. Di saat dinosaurus lainnya punah, buaya pun tidak dapat berkembang lebih baik dengan mengontrol suhu tubuhnya sehingga laju evolusinya melambat.

Terlebih, iklim akibat dentuman meteor, dan kini lebih dingin daripada periode Jurassic.

Stockdale dan Benton mengungkapkan0 temuan mereka tentang hubungan ukuran tubuh dan laju evolusi dengan suhu satwa itu jauh lebih cepat pada masa Mesozoikum daripada Kenozoikum. Diduga karena suhu global lebih hangat dan lebih stabil pada masa itu.

Baca Juga: Sains Ungkap Kemampuan Monyet Bali Membedakan Benda Berharga

Buaya Amerika muncul dari rumput tempat tidur para penyu untuk kembali ke labirin akar bakau yang me (Lutfi Fauziah)

Mengapa buaya masih bertahan? Diduga mereka sudah mampu beradaptasi dengan kebiasaan berjemur.

Kebiasaan mereka berjemur—selain untuk menghangatkan tubuh—akan mengambil energi matahari dengan membuka mulutnya. Itu pun yang menyebabkan pola makan mereka tak sebanyak hewan berdarah panas seperti burung dan mamalia.

“Buaya mendapatkan gaya hidup yang cukup fleksibel untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang sangat besar sejak dinosaurus ada di sekitar,” ujar Stockdale.

Stockdale dan Benton berencana meneliti lebih lanjut faktor penyebab beberapa jenis buaya pra sejarah punah, dan membandingkannya dengan yang kini tersisa.

"Ukuran tubuh dan perbedaan pada garis [evolusi] archosaurus-buaya menunjukkan perubahan yang terkait dengan peristiwa besar dalam sejarah Bumi, terutama kepunahan massal," tutup mereka dalam laporan.

Dua buaya di Afrika saling berhadapan. (MARTIN HARVEY, ALAMY via National Geographic)