Baca Juga: Memelihara Topeng Panji, Kejayaan yang Sekarang Hampir Hilang
Selaras dengan Ande Ande Lumut, Golek Kencana berkisah tentang usaha Raden Inu Kertapati membuat dua boneka untuk menghibur pujaan hatinya, Candra Kirana, yang sedih akibat ibunya yang dibunuh ayahanda. Salah satu boneka itu terbuat dari emas yang dibungkus dengan kain jelek, dan boneka perak yang dibungkus kain sutera.
Penyampaiannya pada Candra Kirana di Daha (Kadiri) tak berjalan mulus, sebab bonekanya diambil oleh Paduka Liku, ayah Candra Kirana. Boneka yang diambilnya adalah terbungkus kain sutera, sedang Candra Kirana ikhlas mengambil kain yang jelek. Hingga akhirnya, Candra Kirana takjub dengan keindahan boneka emas yang tak pernah dilihat sebelumnya.
Kedua kisah itu berpesan moral, bahwa untuk mencari cinta sejati harus mencari kebenaran di antara berbagai kepalsuan yang rumit dan gamblang. Kemampuannya memilih Klenting Kuning juga berkat pengorbanannya melalu semedi.
"Maka pesan moralnya untuk mendapatkan cinta, harus dekatkan diri dulu pada Tuhan Yang Maha Cinta, baru mencintai," ujar Eka Budianta sebagai budayawan Panji dalam webinar Relevansi dan Aktualisasi Budaya Panji yang digelar Pusat Konservasi Budaya Panji.
Inti pesannya juga megajarkan untuk melihat segalanya tak melihat dari sisi luarnya, tapi perlu mengetahui sudut pandang. Eka berpesan, bahwa pandangan ini perlu diaplikasikan dalam kehidupan, percintaan, dan sebagai penguasa. "Dalam pacaran itu ada etikanya, yang mana kita perlu menghargai perempuan dan komitmen itu sendiri," Eka berpendapat.
Kisah cinta dalam cerita Panji selalu berakhir pada pernikahan. Secara filosfis, Henri beranggapan kisah ini merupakan penggambaran bahwa pernikahan merupakan "awal dari sebuah akhir, dan akhir dari sebuah awal".
Baca Juga: Misteri Panji di Candi Penataran
"Filosofinya sama dengan mengapa kalau kita melihat orang menikah, kita mengucapkan 'selamat menempuh hidup baru. Itu berarti ada kehidupan baru setelah menikah. Dia punya rumah sendiri dan perlu merancang kisahnya yang baru," terangnya.
Henri menambahkan, pesan kisah ini tak hanya pada percintaan saja melainkan segala lini kehidupan. Seperti alasan mengapa cerita Panji diwarnai dengan penyamaran, yang sejatinya memiliki pesan agar tidak membeda-bedakan status sosial, sekalipun dirinya adalah bangsawan.
"Itu diekspresikan dalam topeng (pada seni peran), sarana menyamar. Itu karena salah satu moral cerita panji supaya kita tidak membedakan orang berdasarkan status sosial berdasarkan pekerjaan, tapi kita ini sebenarnya sederajat." terangnya.
Eka pun berpesan agar kisah cinta Panji ini dijiwai pada penguasa. Karena tokoh ini berjiwa kestaria, tidak takut dengan kesulitan, berdiri bersama rakyat yang lemah, dialogis, dan mau mendengarkan atau egaliter.
"Kisah ini juga menjadikan perempuan bisa memimpin, dan pendamping yang juga menasihati. Tak selalu kita harus menutup kuping," ujarnya. "Panji punya mentalias menang tanpa harus merendahkan, kaya tanpa mengumpulkan harta, maju tanpa mengeroyok."