Fakta yang Harus Anda Ketahui Tentang Vaksinasi Pagebluk Covid-19

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Selasa, 2 Februari 2021 | 10:15 WIB
Seorang wanita berusia 39 tahun menjadi relawan pertama yang menerima vaksin eksperimental Ebola. (Gloria Samantha)

Ia mengungkapkan, “Vaksin Covid-19 yang dikembangkan saat ini tidak ada yang menggunakan virus yang hidup, karena kekhawatiran habis vaksin malah positif.”

Sebab jika menggunakan cara itu, virus yang dilemahkan saat disuntikkan bisa saja bertemu dengan virus yang sudah ada, dan mengalami pertukaran gen yang menyebabkan pasien menjadi terjangkit.

Menurut platformnya, terdapat tiga jenis: vaksin DNA, vaksin RNA, dan vaksin virus divektor. Cara kerja virus DNA, dikemas dalam bentuk plasmid yang kemudian disuntikkan pada otot untuk masuk ke dalam inti sel kita. Dengan demikian tubuh dapat menghasilkan antigen setelah membaca DNA.

Serupa dengan vaksin DNA, RNA setelah disuntikkan bukan mengarah ke inti sel melainkan ke ribosom. Ribosom sendiri merupakan salah satu organ yang berfungsi sebagai sumber tenaga sel atau sintesis protein. Ketika mendapatkan informasi genetik RNA vaksin, terbentuklah protein yang membentuk antigen dalam tubuh dan membutuhkan waktu yang tak singkat.

Sedangkan vaksin melalui virus yang divektor merupakan platform vaksin yang menggunakan gen virus—dalam kasus ini Covid-19—yang menumpang pada virus vaccinia.

“Virus vaccinia ini adalah virus hidup yang berisi informasi yang menjadi virus tujuan kita, maka terbentuklah antigen-antigen yang mewakili target kita [setelah disuntikkan ke dalam tubuh],” jabarnya.

Meskipun vaksin Covid-19 dapat menangkal virus ke dalam tubuh, tetapi bukan berarti semua masyarakat dapat mendapatkan vaksinasi. Terdapat pertimbangan yang perlu diperhatikan, seperti riwayat penyakit dan tekanan darah yang tak melampaui 140/90.

Baca Juga: Rekristalisasi Plastik, Proses Ramah Lingkungan Daur Ulang Limbah APD

Pertimbangan lainnya juga membuat regulasi vaksinasi hanya diberikan kepada usia produktif, 18-59 tahun. Alasan utamanya demi tercapainya target kekebalan komunal Indonesia. Soebandrio menyebut, bahwa golongan produktif ini sering berkegiatan di luar rumah daripada lainnya. Apabila golongan itu divaksinasi terlebih dahulu, diperkirakan dapat mencegah penularan virus kepada bayi dan lansia.

"Karena kalau kita gunakan usia lanjut masih ada terjadinya penuaan dari respon imun, kalau yang terlalu muda [di bawah 18 tahun] belum terlalu matang [respon imunnya]," jelasnya. "Nah, setelah itu pasti akan dilanjutkan uji klinis untuk umur di luar itu, tapi sampai saat ini vaksin-vaksin ini diuji untuk [usia] 18-59 tahun."