Riset: 65% Sampah Laut di Pantai Imbas dari Sektor Pariwisata

By Utomo Priyambodo, Kamis, 11 Februari 2021 | 12:30 WIB
Tumpukan sampah di pesisir pantai. Sampah di laut membahayakan bagi biota laut dan juga manusia bila (Citra Anastasia)

Nationalgeographic.co.id— Para peneliti dari Institute of Environmental Science and Technology - Universitat Autònoma de Barcelona (ICTA-UAB) memperingatkan dampak model pariwisata saat ini terhadap produksi sampah laut di pantai. Mereka merekomendasikan untuk memanfaatkan situasi yang ditimbulkan oleh pandemi COVID-19 saat ini untuk memikirkan kembali model pariwisata baru yang lebih berkelanjutan.

Rekomendasi tersebut lahir berdasarkan laporan hasil penelitian mereka yang baru-baru ini diterbitkan di jurnal Scientific Reports. Hasil riset mereka menunjukkan bahwa penggunaan rekreasi di pantai-pantai pulau-pulau Mediterania selama musim panas memiliki andil atas munculnya sebagian besar sampah laut yang terakumulasi di pantai-pantai tersebut, yakni hingga mencapai 80% sampah. Sektor pariwisata ini juga menghasilkan mikroplastik di laut dalam jumlah besar akibat fragmentasi sampah-sampah plastik yang lebih besar.

Riset internasional yang dipimpin oleh para peneliti ICTA-UAB ini dikerjakan dengan menganalisis efek limbah yang dihasilkan oleh pariwisata di delapan pulau Mediterania selama empat tahun terakhir. Sampah laut, termasuk mikroplastik, dapat didefinisikan sebagai bahan padat bersifat persisten yang dibuang atau ditinggalkan di lingkungan laut dan pesisir. Sampah ini merupakan hasil dari aktivitas manusia dan dapat ditemukan di semua samudra dan lautan di dunia.

Baca Juga: 2050: Kerugian akibat Banjir Jakarta Diprediksi Naik Lima Kali Lipat

"Masalah lingkungan ini mengancam kesehatan ekosistem laut dan dapat menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati. Hal ini juga dapat berdampak besar pada ekonomi masyarakat pesisir yang bergantung pada jasa ekosistem dengan meningkatkan pengeluaran untuk pembersihan pantai, kesehatan masyarakat, atau pembuangan limbah,” kata Dr. Michaël Grelaud, peneliti ICTA-UAB yang menjadi peneliti dalam riset ini, seperti dilansir EurekAlert!.

Sampah di laut (Zika Zakiya)

Wilayah Mediterania menyambut sekitar sepertiga pariwisata dunia setiap tahunnya. Akibatnya, wilayah ini sangat dipengaruhi oleh pencemaran lingkungan yang terkait dengan sektor pariwisata.

Karena daya tariknya, pulau-pulau Mediterania bisa kedatangan 20 kali lipat lebih banyak orang selama high season atau musim liburan. Hal ini merupakan tantangan bagi kota-kota pesisir di Mediterania, yang bergantung pada sektor pariwisata tetapi harus beradaptasi dan mengatasi peningkatan limbah yang dihasilkan, termasuk di pantai, oleh arus masuk wisatawan musiman.

Baca Juga: Riset Ungkap Kenapa Banjir di Indonesia Terjadi Lebih Sering dan Parah

Dalam riset, tim peneliti mengadakan 147 kali survei sampah laut yang dilakukan selama musim sedikit turis dan musim banyak turis pada tahun 2017, di 24 pantai dari 8 pulau Mediterania yang berbeda. Kemudian, sampah-sampah yang berhasil dikumpulkan dikarakterisasi berdasarkan jumlah dan jenisnya. Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar barang yang dibuang di laut dan pantai terbuat dari plastik. Lebih dari 94% sampah laut yang berhasil dikumpulkan dalam 147 survei ini merupakan sampah plastik.

Tim peneliti mencatat, selama musim panas rata-rata 330 item sampah ditemukan per 1.000 meter persegi pantai per hari di pantai wisata yang sangat populer, 5,7 kali lebih banyak daripada saat musim sepi. Jumlah sampah yang kemungkinan besar ditinggalkan di pantai oleh para pengunjung, seperti puntung rokok, sedotan, atau kaleng minuman, mewakili lebih dari 65% jumlah sampah laut yang terkumpul di pantai yang paling populer di kalangan wisatawan itu. Ini artinya sebagian besar sampah di pantai dan laut tersebut merupakan “oleh-oleh” dari para wisatawan.

Setelah tim melakukan ekstrapolasi ke semua pulau di Laut Mediterania, hasilnya juga mengejutkan. Perhitungan ini menunjukkan bahwa wisatawan memiliki andil atas akumulasi lebih dari 40 juta item sampah per hari selama puncak musim liburan pada bulan Juli dan Agustus di sana.

Baca Juga: Tak Hanya Curah Hujan, Turunnya Tanah jadi Penyebab Banjir di Semarang

Hal yang menarik lainnya, pada 2019, setelah kampanye kesadaran warga atas lingkungan diimplementasikan, hasilnya menunjukkan adanya penurunan lebih dari 50% item sampah yang terkait dengan wisatawan. "Hasil yang sangat menggembirakan ini mungkin mendapat manfaat dari meningkatnya perhatian masyarakat terhadap polusi plastik di lautan atau tindakan yang diadopsi oleh Komisi Eropa untuk mengurangi sampah laut, seperti petunjuk penggunaan plastik sekali pakai,” kata Dr. Patrizia Ziveri , Profesor Riset ICREA di ICTA-UAB.

Lebih lanjut Ziveri mengatakan, kondisi pandemi COVID-19 yang menyebabkan adanya penurunan drastis pada sektor pariwisata saat ini, sebenarnya “menawarkan kesempatan untuk memikirkan kembali pentingnya pariwisata berkelanjutan untuk memastikan masa depan yang sehat bagi lingkungan dan, alhasil, juga bagi manusia.”