Sejumlah daerah di Pulau Jawa dikepung banjir setelah diguyur hujan dengan intensitas tinggi selama beberapa hari terakhir. Google pun kemudian menandai banjir di Pulau Jawa sebagai kejadian darurat.
Google memberi label "SOS Alert" atau "Peringatan SOS" pada hasil pencarian dengan kata kunci yang berhubungan dengan banjir tersebut. Misalnya ketika pengguna internet mencari kata kunci "banjir di Pulau Jawa", "banjir Jakarta, "banjir Semarang", atau yang sejenisnya.
Sebagai informasi, Peringatan SOS atau SOS Alert ini biasa diberikan Google untuk mempermudah memberikan akses informasi darurat ketika terjadi kondisi krisis yang disebabkan manusia atau alam, misalnya bencana banjir. Untuk memberikan informasi darurat, Google mengumpulkan konten yang relevan dan otoritatif dari web, media sosial, dan produk Google lainnya. Informasi itu lalu disorot lewat Google Search dan Maps.
Baca Juga: Teleskop Bak Mesin Waktu, Astronom Temukan Galaksi Muda Dekat Big Bang
Dalam memberikan akses informasi darurat mengenai banjir di Pulau Jawa kali ini, Google menampilkan sejumlah berita terkini terkait kejadian tersebut atau terkait "kata kunci spesifik" yang dicari pengguna seputar kejadian itu. Selain itu, Gooogle juga memberikan saran kepada pengguna untuk membaca informasi dari otoritas resmi terkait, misalnya dengan menampilkan link akun Twitter Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan akun Twitter Badan Penanggulangan Nasional Bencana (BNPB). Di samping itu, Google juga menampilkan peta wilayah yang terdampak banjir.
Dari peta wilayah terdampak banjir yang ditampilkan Google, dapat kita lihat bahwa daerah-daerah yang dikepung banjir di Pulau Jawa berada di jalur pantai utara (pantura). Dalam berita yang disiarkan Kompas TV misalnya, Jalan Pantura Semarang-Demak terendam banjir setinggi enam puluh sentimeter. Akibatnya, jalan ini tidak bisa dilewati oleh kendaraan seperti biasa.
Peneliti geodesi dari Institut Teknologi Bandung, Heri Andreas, tidak terkejut bila daerah-daerah di jalur pantura Pulau Jawa terendam banjir pada 2021 ini. Sebab, Heri dan timnya telah menemukan adanya penurunan tanah (land subsidence) yang mengerikan di jalur pantura sejak beberapa tahun lalu.
"Jadi memang pantura ini tanahnya turun luar biasa. Nah konsekuensinya nanti akan lebih rendah dari laut atau lebih rendah dari sungai di beberapa bagiannya sehingga rawan banjir," ujar Heri kepada National Geographic Indonesia, Kamis (11/2/2021).
Baca Juga: Bencana akibat Mencairnya Gletser Himalaya Itu Sudah Diwanti-wanti
Menurut Heri, salah satu daerah di pantura yang patut menjadi sorotan karena penurunan tanahnya berlangsung semakin cepat adalah Semarang. Sekitar sepuluh tahun lalu penurunan tanah di Semarang hanya 1-10 sentimeter per tahun. Namun pada 2015, 2016, sampai dengan hari ini, penurunan tanah di Semarang --terutama bagian utara dan timurnya seperti Kaligawe dan Raden Patah-- jadi makin cepat. "Jadi sekarang tuh ada yang 19 senti per tahun. Yang tadinya 10 senti per tahun jadi 15 senti per tahun, jadi 18 senti per tahun."