Daniel Bonn dari Universitas Amsterdam mengambil sampel kecil di tepi danau di Iran. Ia kembali ke labnya dan menganalisis proporsi tanah liat, air asin, dan pasir. Kemudian membuat ulang pasir hisap untuk eksperimennya.
Bonn menggunakan manik-manik aluminium dengan kepadatan yang sama dengan manusia. Ia meletakkanya di atas pasir dan menirukan pukul manusia yang panik. Dia mengguncang dan menunggu untuk melihat apa yang terjadi.
Awalnya memang sedikit tenggelam. Namun, pasir perlahan-lahan mulai bercampur dengan air lagi. Daya apungnya meningkat sehingga aluminium itu mengapung kembali ke permukaan. Bonn dan tim mencoba menempatkan segala macam benda di pasir hisap buatanya. Jika benda itu memiliki kepadatan yang sama dengan manusia, benda itu akan tenggelam. Tapi tidak sepenuhnya, hanya setengahnya.
Penelitian Bonn menunjukkan bahwa hanya untuk melepaskan satu kaki, kita perlu memberikan gaya 100.000 newton—setara dengan kekuatan saat mengangkat mobil berukuran medium.
Baca Juga: Bill Gates Minta Negara-Negara Kaya Mulai Beralih ke Daging Sintetis
Lalu mengapa bila ramalan fisika membuktikan kita tidak akan tenggelam jauh tapi ada kecelakaan yang menimpa ibu dan dua anak pada 2012, saat berlibur di Antigua?
Alasannya, meskipun pasir hisap tidak terus menarik kita ke bawah, jika kita tidak bisa mendapat waktu lebih banyak, maka air pasang dapat menyapu kita. Berjuang sendiri memang tidak mengenggelamkan seseorang, namun kewaspadaan tetap perlu terjaga menurut laman BBC Future.
Untuk bertahan hidup dalam pasir hisap yang kering, kita membutuhkan bantuan dari luar secepat mungkin. Tetapi bagaimana jika kita terhisap di pasir yang basah? Tidak tenggelam, melainkan terjebak?
Kita perlu sedikit menggoyangkan kaki untuk memasukkan air ke pasir di sekitar kaki supaya pasirnya cair lagi. Tetap tenang, bersandar, dan berbaring untuk menyebarkan berat badan kita supaya lebih merata. Tunggu sampai mengapung lalu kembali ke permukaan.
Dan jangan lupakan topi kita, jangan sampai ketinggalan.