Sains Membongkar Sederet Fakta dan Drama tentang Pasir Hisap

By Fikri Muhammad, Jumat, 19 Februari 2021 | 15:00 WIB
Adegan film Blazzing Saddles menampilkan adegan pasir hisap di tahun 70-an. (Crossbow Production)

Nationalgeographic.co.id—Kita sering menjumpai film lama yang menayangkan seseorang terjebak dalam pasir hisap. Menatap layar kamera dan memohon bantuan ke penonton. Semakin ia berjuang, semakin tersedot dan menghilang ke dasar, menyisakan topi atau aksesori lainya sebagai tanda pengenal.

Ada begitu banyak kematian akibat pasir hisap yang dimunculkan pada film. Sampai-sampai jurnalis Slate Daniel Engbah melacak bahwa 1960-an adalah tahun-tahun puncak pasir hisap berada di film. Satu dari tiga puluh lima film menampilkan pasir hisap dan ada dalam segala hal. Mulai dari Lawrence of Arabia hingga The Monkees

Pasir hisap biasanya terdiri atas pasir atau tanah liat dan garam yang menjadi genangan air. Umumnya ditemukan di delta sungai. Ketika kita menginjaknya, pasir mulai mencair. Padahal tanahnya terlihat kokoh. Air dan pasir terpisah, meninggalkan lapisan pasir basah padat. Gesekan antar partikel pasir jauh berkurang, sehingga tidak dapat menopang berat badan kita. Akibatnya kita bisa tenggelam dalam pasir itu. Ada benarnya, semakin kita berjuang maka kita semakin tenggelam. Tetapi apakah kita benar-benar tenggelam cukup dalam?

Daniel Bonn dari Universitas Amsterdam mengambil sampel kecil di tepi danau di Iran. Ia kembali ke labnya dan menganalisis proporsi tanah liat, air asin, dan pasir. Kemudian membuat ulang pasir hisap untuk eksperimennya. 

Bonn menggunakan manik-manik aluminium dengan kepadatan yang sama dengan manusia. Ia meletakkanya di atas pasir dan menirukan pukul manusia yang panik. Dia mengguncang dan menunggu untuk melihat apa yang terjadi. 

Adegan dalam film Lawrence of Arabia (1962) menampilkan pasir hisap. (Horizon Pictures)

 

Awalnya memang sedikit tenggelam. Namun, pasir perlahan-lahan mulai bercampur dengan air lagi. Daya apungnya meningkat sehingga aluminium itu mengapung kembali ke permukaan. Bonn dan tim mencoba menempatkan segala macam benda di pasir hisap buatanya. Jika benda itu memiliki kepadatan yang sama dengan manusia, benda itu akan tenggelam. Tapi tidak sepenuhnya, hanya setengahnya.

Penelitian Bonn menunjukkan bahwa hanya untuk melepaskan satu kaki, kita perlu memberikan gaya 100.000 newtonsetara dengan kekuatan saat mengangkat mobil berukuran medium.

Baca Juga: Bill Gates Minta Negara-Negara Kaya Mulai Beralih ke Daging Sintetis

Lalu mengapa bila ramalan fisika membuktikan kita tidak akan tenggelam jauh tapi ada kecelakaan yang menimpa ibu dan dua anak pada 2012, saat berlibur di Antigua?

Alasannya, meskipun pasir hisap tidak terus menarik kita ke bawah, jika kita tidak bisa mendapat waktu lebih banyak, maka air pasang dapat menyapu kita. Berjuang sendiri memang tidak mengenggelamkan seseorang, namun kewaspadaan tetap perlu terjaga menurut laman BBC Future.

Untuk bertahan hidup dalam pasir hisap yang kering, kita membutuhkan bantuan dari luar secepat mungkin. Tetapi bagaimana jika kita terhisap di pasir yang basah? Tidak tenggelam, melainkan terjebak?

Kita perlu sedikit menggoyangkan kaki untuk memasukkan air ke pasir di sekitar kaki supaya pasirnya cair lagi. Tetap tenang, bersandar, dan berbaring untuk menyebarkan berat badan kita supaya lebih merata. Tunggu sampai mengapung lalu kembali ke permukaan.

Dan jangan lupakan topi kita, jangan sampai ketinggalan.