Ilmuwan Temukan Cara Komunikasi Lewat Mimpi dengan Orang yang Tidur

By Utomo Priyambodo, Selasa, 23 Februari 2021 | 13:00 WIB
Ilustrasi bermimpi. (Thinkstock)

Nationalgeographic.co.id—Sekelompok ilmuwan mengidentifikasi fenomena baru yang mereka deskripsikan sebagai "mimpi interaktif". Dalam fenomena ini orang yang mengalami tidur nyenyak dan mimpi sadar (lucid dream) dapat mengikuti instruksi, menjawab pertanyaan sederhana ya-atau-tidak, dan bahkan memecahkan persoalan matematika dasar. Mimpi sadar atau lucid dream sendiri adalah mimpi ketika seseorang sadar bahwa ia sedang bermimpi.

Selain menambahkan tingkat pemahaman baru tentang apa yang terjadi pada otak kita ketika kita sedang bermimpi, studi baru ini pada akhirnya juga dapat mengajari kita bagaimana melatih mimpi kita --untuk membantu kita mencapai tujuan tertentu, misalnya,-- atau untuk menangani masalah kesehatan mental tertentu.

Ada banyak hal terkait psikologi tidur yang masih menjadi misteri hingga saat ini, termasuk fase rapid eye movement (REM) ketika mimpi biasanya terjadi. Jadi, mampu mendapatkan tanggapan dari orang yang sedang tidur secara real time, daripada menunggu respons setelah orang itu bangun, tentu bisa sangat berguna.

"Kami menemukan bahwa individu dalam fase tidur REM dapat berinteraksi dengan pelaku eksperimen dan terlibat dalam komunikasi real time," kata psikolog Ken Paller dari Northwestern University, sebagaimana dikutip dari Science Alert. "Kami juga menunjukkan bahwa pemimpi mampu memahami pertanyaan, terlibat dalam operasi memori kerja, dan menghasilkan jawaban.”

Baca Juga: Carl Bock, Peneliti Eropa Pertama yang Menepis Stigma Suku Dayak

Lucid dream adalah keadaan di mana Anda secara aktif menyadari sedang bermimpi. (Lutfi Fauziah)

Dalam studi ini, para peneliti bekerja dengan 36 orang dalam percobaan di empat laboratorium berbeda. Salah satu sukarelawan menderita narkolepsi dan sering mengalami mimpi sadar, sementara yang lain memiliki pengalaman bervariasi terkait mimpi sadar.

Selama dalam fase tidur terdalam, seperti yang terpantau oleh instrumen electroencephalogram (EEG), para ilmuwan berinteraksi dengan para peserta penelitian ini melalui audio yang berbicara, lampu berkedip, dan sentuhan fisik.v Para peserta yang sedang tidur ini diminta untuk menjawab pertanyaan matematika sederhana, menghitung kilatan cahaya atau sentuhan fisik, dan menjawab pertanyaan dasar ya-atau-tidak, misalnya pertanyaan "dapatkah Anda berbicara dengan bahasa Spanyol?"

Jawaban diberikan melalui gerakan mata atau gerakan otot wajah yang telah disepakati sebelumnya. Hasilnya, setidaknya ada satu respons jawaban yang benar untuk sebuah pertanyaan di 47 persen dari total 57 sesi tidur di mana para peserta mengaku mengalami lucid dream (mimpi sadar).

"Kami menyatukan hasil pengamatan ini karena kami merasa bahwa kombinasi hasil dari empat laboratorium berbeda dengan menggunakan pendekatan berbeda inilah yang paling meyakinkan membuktikan realitas fenomena komunikasi dua arah ini," kata ahli saraf Karen Konkoly dari Northwestern University.

"Dengan cara ini, kami melihat bahwa berbagai cara dapat digunakan untuk berkomunikasi," imbuhnya. Termasuk lewat mimpi.

Baca Juga: Studi: Pandemi Membuat Kualitas Tidur Sebagian Orang Memburuk

Para peserta yang terlibat dalam penelitian ini biasanya akan dibangunkan setelah memberi respons yang benar agar mereka bisa segera melaporkan mimpi mereka. Laporan hasil studi ini sendiri telah dipublikasikan di jurnal Current Biology pada 18 Februari 2021.

Para peneliti meyakini riset ini dapat membantu studi-studi lain di masa depan terkait mimpi, memori, dan betapa pentingnya tidur untuk memperbaiki ingatan pada tempatnya. Selain itu, studi ini mungkin juga akan berguna dalam pengobatan gangguan tidur, dan selanjutnya bahkan mungkin memberi kita cara untuk melatih dan mengendalikan mimpi kita.

"Pengamatan berulang terhadap mimpi interaktif ini, yang didokumentasikan oleh empat kelompok laboratorium independen, menunjukkan bahwa karakteristik fenomenologis dan kognitif dari bermimpi dapat diinterogasi secara real time," tulis para peneliti dalam laporan studi mereka.

"Saluran komunikasi yang relatif belum dijelajahi ini dapat memungkinkan berbagai penggunaan praktis dan strategi baru untuk mengeksplorasi mimpi secara empiris," simpul mereka.