Sindrom Rapunzel: Remaja Ini Makan Rambutnya hingga Perutnya Dibedah

By Utomo Priyambodo, Rabu, 24 Februari 2021 | 13:00 WIB
Gumpalan rambut yang ditemukan di dalam perut seorang remaja di Inggris. (Jackman et al, BMJ Case Reports, 2021)

Remaja itu akhirnya terpaksa harus menjalani operasi bedah agar dokter bisa menghilangkan bola rambut yang begitu besar di dalam perutnya.

Manurut National Organization for Rare Disorders, antara 0,5 persen hingga 3 persen orang di dunia akan mengalami trikotilomania di beberapa titik dalam hidup mereka. Trikotilomania adalah gangguan mental di mana penderitanya memiliki dorongan tidak tertahankan untuk mencabuti rambutnya.

Sekitar 10 persen hingga 30 persen orang dengan trikotilomania juga mengidap trikofagia. Trikofagia adalah kebiasaan memakan rambut diri sendiri secara komplusif.

Di antara orang-orang dengan kedua kondisi tersebut, hanya sekitar 1 persen yang mengalami terbentuknya gumpalan massa rambut di saluran pencernaan mereka, menurut sebuah studi tahun 2019 yang diterbitkan dalam jurnal Pancreas. Jadi sindrom Rapunzel ini adalah sebuah kondisi medis yang sangat langka.

Baca Juga: Olah Sampah oleh Warga Pinggir Citarum, Sungai Terkotor di Dunia

Meskipun sindrom Rapunzel ini merupakan penyakit langka atau jarang ditemukan, kondisi medis ini sangatlah berbahaya karena bisa berakibat fatal. Menurut Mayo Clinic, kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk penyumbatan usus dan bahkan kematian. Pada 2017, seorang gadis berusia 16 tahun di Inggris meninggal karena sindrom Rapunzel setelah bola rambut di perutnya menyebabkan infeksi yang fatal.

Dalam kasus terbaru kali ini, si remaja perempuan 17 tahun sempat dirawat di unit perawatan intensif (ICU) setelah sukses menjalani operasi. Dia mendapat pasokan makanan melalui selang makanan yang dimasukkan ke dalam usus kecilnya hingga perutnya sembuh.

Setelah dievaluasi oleh tim psikiater rumah sakit, dia kemudian menjalani "kursus pasca operasi yang lancar," dan keluar dari rumah sakit tujuh hari setelah operasi, tulis para peneliti. Satu bulan kemudian, setelah kondisi perutnya dipantau, dia tidak memiliki tanda-tanda komplikasi.

Kesehatannnya pulih dengan baik setelah dia menjalani anjuran pola makan sehat. Selain itu ia juga rutin menemui psikolog untuk menghilangkan sepenuhnya kebiasaan makan rambutnya sendiri.