Sebelum masa liburan, para pelaku usaha biasanya sudah melakukan pengisian stok barang dan jasa. Hal itu membuat aktivitas perdagangan di awal tahun menjadi selalu lebih rendah dari bulan-bulan sebelumnya.
Namun begitu, kenaikan angka ekspor secara tahunan pada awal tahun ini merupakan pertanda yang baik bagi Indonesia. "Kalau kita lihat ekspor secara keseluruhan, terjadi pertumbuhan yang sehat yaitu 12,24%, pertumbuhannya dari Januari 2021 dengan Januari 2020. Seperti yang kita tahu di Januari 2020 itu masih belum terjadi pandemi, belum terjadi PSBB, tapi angka ekspor kita (Januari 2021) melampaui lebih dari 12%," ujar Lutfi dalam konferensi pers virtual, Kamis (25/2/2021).
Baca Juga: Olah Sampah oleh Warga Pinggir Citarum, Sungai Terkotor di Dunia
Rincinya, nilai ekspor migas tercatat sebesar 0,88 miliar dolar AS atau tumbuh 8,31% secara tahunan. Sementara nilai ekspor non-migas adalah 14,42 miliar dolar AS atau tumbuh 12,49% year on year.
Lima negara tujuan dengan nilai ekspor tertinggi dari Indonesia adalah Republik Rakyat Tiongkok, Amerika Serikat, Jepang, India, dan Malaysia. Lutfi optimistis nilai ekspor Indonesia akan meningkat pada bulan-bulan ke depan karena mayoritas negara-negara penerima ekspor Indonesia adalah mereka yang sudah atau mulai mampu menangani masalah pandemi COVID-19 di wilayah mereka masing-masing.
Lutfi merinci 10 produk yang masih mendominasi ekspor non-migas Indonesia adalah lemak dan minyak hewan/nabati (CPO), bahan bakar mineral (batubara), besi dan baja, mesin dan perlengkapan elektrik, kendaraan dan bagiannya, karet dan barang dari karet, mesin dan peralatan mekanis, alas kaki, berbagi produk kimia dan bijih, serta terak dan abu logam. Data dari Kementerian Perdagangan menunjukkan ekspor 10 barang tersebut masih mencatat pertumbuhan yang positif secara tahunan.
Baca Juga: Amerika Serikat Jadi Tujuan Ekspor Terbesar Batik
Secara keseluruhan nilai pertumbuhan neraca perdagangan Indonesia sepanjang Januari 2021 mengalami surplus meski nilai impornya mengalami penurunan sebesar 6,49% jika dibandingkan Januari 2020. Surplus total perdagangan secara bulanan pada Januari 2021 ini adalah 2,66%.
"Jadi kalau dilihat, Januari 2021 itu kita surplus (neraca perdagangannya secara tahunan), meski terjadi pertumbuhan defisit migas 0,67 (miliar dolar AS), tapi di nonmigas kita tetap tumbuh secara sehat, 2,63 (miliar dolar AS)," papar Lutfi.
Lutfi mengakui, laju impor yang melambat, terutama impor bahan baku produksi, memang mengindikasikan bahwa ekonomi nasional belum benar-benar tumbuh menggeliat. "Itu bukan sesuatu yang baik sebenarnya untuk memberikan landasan pacu bagi perkenomian kita di masa mendatang."