Melihat Kondisi Ekonomi Indonesia Saat Pandemi Lewat Ekspor Impornya

By Utomo Priyambodo, Jumat, 26 Februari 2021 | 11:47 WIB
Ilustrasi keuangan. (Micheile Henderson/Unsplash)

Nationalgeographic.co.id—Pandemi COVID-19 telah mengganggu perkenomian dunia dan mempengaruhi kondisi ekonomi di seluruh negara termasuk Indonesia. Tapi seberapa besar pandemi ini mempengaruhi kondisi ekonomi di Indonesia?

Salah satu cara untuk melihat kondisi ekonomi suatu negara di masa pandemi ini adalah dengan mengukur tingkat perdagangan ekspor dan impornya. Dalam teori perdagangan internasional, apabila jumlah barang atau jasa yang di ekspor ke luar negeri semakin banyak, maka di dalam negeri harus memproduksi barang dan jasa lebih banyak juga dan ini otomatis akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Begitu pula dengan kenaikan jumlah barang atau jasa impor yang dipakai untuk kegiatan produktif di dalam negeri juga turut meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

Ismadiyanti Purwaning Astuti dan Fitri Juniwati Ayuningtyas pernah menulis di Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan bahwa dalam jangka pendek terdapat dua variabel yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dua variabel tersebut adalah variabel ekspor yang signifikan pada tingkat signifikansi 5 persen dan impor juga signifikan pada tingkat signifikansi 10 persen, sedangkan kurs tidak signifikan pada jangka pendek.

“Ekspor yang meningkat akan mendorong peningkatan produksi dalam negeri. Produksi yang meningkat akan menggerakkan roda perekonomian dalam negeri sehingga pertumbuhan ekonomi meningkat. Apabila barang dan jasa yang diimpor dari luar negeri meningkat maka akan mendorong peningkatan kegiatan perekonomian dalam negeri baik produksi, konsumsi dan distribusi. Jika kegiatan perekonomian berjalan dengan baik maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi,” tulis mereka.

Sektor perikanan tangkap memutar kehidupan ekonomi warga Karangsong. (Aulia Erlangga/National Geographic Indonesia)

Baca Juga: Atasi Persoalan Sampah Plastik dengan Ekonomi Sirkular, Bagaimana Masyarakat Dapat Berkontribusi?

Sepanjang Januari 2021, nilai ekspor Indonesia tercatat sebesar 15,30 miliar dolar AS. Angka ini lebih rendah 7,48% secara bulanan jika dibandingkan Desember 2020 (month on month/mom) tetapi tumbuh 12,24% secara tahunan jika dibandingkan Januari 2020 (year on year/yoy).

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan, penurunan ekspor secara bulanan ini lebih dikarenakan adanya musim liburan di akhir dan awal tahun yakni efek perayaan Natal dan Tahun Baru. Ia menyebut pasar internasional biasanya memang “slowdown” di tiga bulan pertama tiap tahunmnya.

Sebelum masa liburan, para pelaku usaha biasanya sudah melakukan pengisian stok barang dan jasa. Hal itu membuat aktivitas perdagangan di awal tahun menjadi selalu lebih rendah dari bulan-bulan sebelumnya.

Namun begitu, kenaikan angka ekspor secara tahunan pada awal tahun ini merupakan pertanda yang baik bagi Indonesia. "Kalau kita lihat ekspor secara keseluruhan, terjadi pertumbuhan yang sehat yaitu 12,24%, pertumbuhannya dari Januari 2021 dengan Januari 2020. Seperti yang kita tahu di Januari 2020 itu masih belum terjadi pandemi, belum terjadi PSBB, tapi angka ekspor kita (Januari 2021) melampaui lebih dari 12%," ujar Lutfi dalam konferensi pers virtual, Kamis (25/2/2021).

Baca Juga: Olah Sampah oleh Warga Pinggir Citarum, Sungai Terkotor di Dunia

Rincinya, nilai ekspor migas tercatat sebesar 0,88 miliar dolar AS atau tumbuh 8,31% secara tahunan. Sementara nilai ekspor non-migas adalah 14,42 miliar dolar AS atau tumbuh 12,49% year on year.

Lima negara tujuan dengan nilai ekspor tertinggi dari Indonesia adalah Republik Rakyat Tiongkok, Amerika Serikat, Jepang, India, dan Malaysia. Lutfi optimistis nilai ekspor Indonesia akan meningkat pada bulan-bulan ke depan karena mayoritas negara-negara penerima ekspor Indonesia adalah mereka yang sudah atau mulai mampu menangani masalah pandemi COVID-19 di wilayah mereka masing-masing.

Lutfi merinci 10 produk yang masih mendominasi ekspor non-migas Indonesia adalah lemak dan minyak hewan/nabati (CPO), bahan bakar mineral (batubara), besi dan baja, mesin dan perlengkapan elektrik, kendaraan dan bagiannya, karet dan barang dari karet, mesin dan peralatan mekanis, alas kaki, berbagi produk kimia dan bijih, serta terak dan abu logam. Data dari Kementerian Perdagangan menunjukkan ekspor 10 barang tersebut masih mencatat pertumbuhan yang positif secara tahunan.

Baca Juga: Amerika Serikat Jadi Tujuan Ekspor Terbesar Batik

Secara keseluruhan nilai pertumbuhan neraca perdagangan Indonesia sepanjang Januari 2021 mengalami surplus meski nilai impornya mengalami penurunan sebesar 6,49% jika dibandingkan Januari 2020. Surplus total perdagangan secara bulanan pada Januari 2021 ini adalah 2,66%.

"Jadi kalau dilihat, Januari 2021 itu kita surplus (neraca perdagangannya secara tahunan), meski terjadi pertumbuhan defisit migas 0,67 (miliar dolar AS), tapi di nonmigas kita tetap tumbuh secara sehat, 2,63 (miliar dolar AS)," papar Lutfi.

Lutfi mengakui, laju impor yang melambat, terutama impor bahan baku produksi, memang mengindikasikan bahwa ekonomi nasional belum benar-benar tumbuh menggeliat. "Itu bukan sesuatu yang baik sebenarnya untuk memberikan landasan pacu bagi perkenomian kita di masa mendatang."