Basoeki Abdullah: Menyirat Nilai Budaya dan Kemanusiaan dalam Lukisan

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Jumat, 5 Maret 2021 | 19:00 WIB
Lukisan Nyi Roro Kidul karya Basoeki Abdullah. Basoeki mengklaim dalam biografinya, bahwa dia menggambarkan sosok mitologi ini karena sering bertemu dengannya. ()

Hal ini tak luput dari latar belakang sosoknya yang memiliki banyak pengalaman. Sepanjang hidupnya, ia bertemu dengan banyak orang dan model yang membuatnya banyak bersosial.

Ia hidup selama tiga orde sejarah bangsa (kolonialisme, Orde Lama, dan Orde Baru), bersama dengan kompleksitas kebudayaan yang diadopsinya.

"Pak Bas menjadi partner sebagai yang mengalami transformasi nilai keindahan kecantikan, seperti halnya alam dan benda kosmos lainnya," paparnya. "Ia melakukan beautifikasi, pencanggihan kecantikan seperti keindahan alam."

Latar belakang Basoeki Abdullah sebagai keturunan ningrat dan lahir di Surakarta, tak membuatnya eksklusif dalam dunia keningratan. Surakarta yang menjadi salah satu kota intelektualitas, justru menjadikannya sadar akan nilai-nilai kemanusiaan bersamaan dengan spiritualitasnya.

Seorang kurator seni lainnya, Puguh Tjahjono, bahwa secara seni lukisan Basoeki Abdullah salah satu tokoh Mooi Indie yang meromantisasi. 

Baca Juga: Ketahui Kisah Hartini Soekarno Akan Kenangan Lukisan Bernama Sarinah

Namun lewat gaya itu ia juga memasukkan unsur kenyataan sosial dan humanisme, yang mewarnai kelompok Persagi (Persatuan Ahli Gambar Indonesia), Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat), dan SIM (Seniman Indonesia Muda).

"Itulah ladang kemanusiaan Pak Bas, dan memiliki kecondongan mengusung perjuangan kelas proletar, yang berbau Marxisme. Ia elit, mapan, terhormat, beliau punya ruang yang mobile untuk menampung emosinya untuk mengartikluasi nilai-nilai dan aspirasi kemanusiaan, dan potret-potret jelata," terangnya.

Lukisan Basoeki Abdullah yang menggambarkan petani membajak sawah di pagi hari. Puguh Tjahjono menilai gambar ini merupakan kedekatan Basoeki Abdullah dari golongan elit yang merenungi kemanusiaan dan perjuangan kelas proletariat yang diserapnya. ()

"Emosinya bergerak karena berkembang cepat imajinasinya pada perjuangan. Saya berasumsi ini dikembangkan dari situasi peristiwa yang dilihat pak Bas tentang perjuangan dan kemanusiaan."

Emosi dan nilai itu dikembangkan dalam teknis pelukisannya. Contoh seperti pengungkapan pewarnaan yang diterapkan di lukisan gambar sawah dan petani yang membajak dengan cakrawala nan luas, dan bernuansa subuh hari.

Menurut Puguh, itu merupakan penggambaran emosional dari model atau apa pun yang dilukis Basoeki Abdullah yang dihayati lewat narasi seni.

Baca Juga: Seniman Ciptakan Lukisan dari Kisah-Kisah dan Berita COVID-19

Kemampuan Basoeki Abdullah menyampaikan pesan-pesan, Puguh menyebutnya sebagai proses komunikasi publik yang diaplikasikan secara visual yang sangat jelas. Dalam prosesnya yang mempercantik nuansa untuk dinikmati, mengartikulasi nilai-nilai yang dimiliki untuk disampaikan ke masyarakat.

"Jadi dalam riset kuratorial, saya menemukan lukisan Basuki Abdullah yang bisa dikaji secara makna dan visual. Ia membuat [juga] konsep [nilai] relijiusitas, dia bisa terlihat dengan model untuk narasi seperti ibu dan anak, perawan suci dibuat modelnya sebagai tandingan dengan yang di Eropa," Mikke Susanto menambahkan.