Runtuhnya Majapahit dan Kronik Kesultanan Pertama di Tanah Jawa

By National Geographic Indonesia, Jumat, 12 Maret 2021 | 10:00 WIB
Wilayah Kerajaan Majapahit. (Mahandis Y. Thamrin/National Geographic Indonesia)

Selain perdagangan dan ekspansi kekuasaan, Kesultanan Demak juga berhasil menjadi pusat penyebaran Islam yang penting bagi sejarah Indonesia. Pengetahuan mengenai Islam dipertingkat, ahli – ahli agama diperbanyak, dan  didirikanya salah satu Masjid paling bersejarah di Sejarah Indonesia, yakni Masjid Agung Demak.

Mulai munculnya Portugis di Nusantara kemudian meresahkan Demak yang ketika itu berada dibawah pimpinan Adipati Unus, ia takut bahwa bangsa Portugis yang notabene menganut agama Katolik akan mencoba menghilangkan ajaran – ajaran Islam di Nusantara, sehingga ia kemudian mengutus Adipati Unus untuk membawa armada lautnya menyerang Portugis di Malaka.

Penyerangan ini namun berakhir dengan kegagalan, mengingat pihak Portugis yang mempunyai persenjataan yang lebih lengkap dan canggih dibandingkan milik pasukan yang dipimpin Adipati Unus.

Walaupun kalah akibat perang, eksistensi kesultanan ini terus berlanjut. Setelah Adipati Unus wafat, kekuasaa diserahkan kepada Sultan Trenggana. Dibawah kepemimpinanya Demak terus berkembang dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa wilayah kerajaan di Pulau Jawa, seperti Sunda Kelapa dan Pajajaran.

Demak dibawah Sultan Trenggana juga berhasil mengahalau Portugis yang melakukan serangan beberapa kali di Pulau Jawa, seperti di Tuban, Madiun, Surabaya, dan Pasuruan.

Baca Juga: Selisik Makam Kapten Tack, Perwira VOC Abad Ke-17

Prajurit Keraton Ngayogyakarta berangkat dari pagelaran dalam upacara tahunan, Grebeg Maulud. (Mahandis Yoanata Thamrin/National Geographic Indonesia)

Berbagai kejayaan dicapai kesultanan ini, dari sebuah wilayah yang terlalu besar, Demak kemudian berkembang menjadi sebuah kesultanan yang kuat. Kesultanan ini berhasil memiliki wilayah yang cukup banyak, ekonomi yang kuat, dan ilmu agama yang berkembang dengan pesat, membuat kesultanan ini namanya dikena hingga berbagai daerah di Nusantara dan bangsa lain.

Namun eksistensi kesultanan ini hanya bertahan dalam waktu yang singkat, bahkan tak menyentuh satu abad. Sebab sepeninggal Sultan Trenggana yang wafat ketika berperang, Demak mulai mengalami kemunduruan.

Kepemimpinan Kesultanan Demak kemudian diserahkan kepada Raden Mukmin, dibawah pemerintahanya Demak mulai berjalan menuju keruntuhannya. Sikapnya yang lebih mementingkan urusanya sebagai ahli agama dibanding mengurusi pemerintahan turut melemahkan Kesultanan Demak. Melemahnya pengawasan atas beberapa daerah kemudian memicu pemberontakan

Lemahnya Kesultanan membuat beberapa pihak menjadi bertindak. Seperti adik dari Sultan Trenggana yakni Pangeran Sekar Seda Lepen yang mencoba melakukan perlawanan terhadap para pemberontak, namun akhirnya ia gagal dan tewas.

Kesal dengan meninggalnya Pangeran Sekar Seda Lepen, anaknya yang bernama Arya Penangsang kemudian membunuh Raden Mukmin yang tak becus dalam memimpin. Setelah membunuhnya, Arya Penangsang kemudian mengambil alih kekuasaan wilayah kekuasaan.

Namun hal ini menyebabkan kesalnya berbagai adipati–adipati di berbagai daerah dibawah kekuasaan Demak, sehingga pemberontakan terus berlanjut dan akhirnya pada suatu peperangan Arya Penangsang tewas. Salah satu pemberontak yang cukup terkenal namanya adalah Jaka Tingkir, ia yang berhasil memberontak melawan Demak kemudian mendirikan kerajaan baru bernama Kerajaan Pajang.