Mengolah Permasalahan Sampah: Dari Sumber Marabahaya Menjadi Laba

By Utomo Priyambodo, Kamis, 11 Maret 2021 | 09:00 WIB
Anak-anak bermain di tengan timbunan sampah. (Rahmad Azhar Hutomo/National Geographic Indonesia)

“Ada sebuah konsep: sampahmu tanggung jawabmu, sampahku tanggung jawabku, agar semua paham ini adalah tanggung jawab kita bersama,” kata Ari. 

Diky Wahyudi Lubis, Group Head of Community & Campaign National Geographic Indonesia yang turut menjadi pembicara dalam seminar ini, ikut menegaskan pentingnya menyelamatkan bumi. Diky mengatakan kita perlu mengubah mindset bahwa alam akan selalu menyediakan kebutuhan bagi manusia. Sebab, alam ini akan hancur jika kita cemari dan rusak.

“Hentikan pemikiran bahwa alam akan selalu memberikan terus-menerus kepada manusia, kalau kita tidak merawat dan melestarikannya maka hal itu tidak mungkin terjadi," tutur Diky menegaskan.

Baca Juga: Aktivitas Konsumsi Manusia Berdampak Pada Lingkungan, Bagaimana Mengatasinya?

Diky sepakat dengan Mira Tayyiba bahwa upaya pelestarian lingkungan dan perawatan alam ini harus dikampanyekan dan digaungkan dalam masyarakat lewat berbagai media, termasuk media sosial. Pada 2018 lalu, Dicky mencontohkan, National Geographic sempat mengeluarkan edisi khusus mengenai permasalahan sampah, terutama sampah plastik yang mencemarkan daratan dan lautan kita.

"Dari sini kami menurunkan sebuah pertanyaan untuk memilih antara bumi atau plastik. Dari pertanyaan ini kemudian kami turunkan jadi sebuah kampanye bertajuk Saya Pilih Bumi, karena kita tentu akan pilih bumi," ujar Diky.

 

Dari kampanye ini, National Geographic kemudian membuat sebuah gerakan (movement) pelestarian lingkungan di masyarakat. Kampanye ini dilakan dengan membuat konten-konten edukasi terkait lingungkan, memberikan edukasi lewat acara-acara offline dan online dengan masyarakat umum, serta berkolaborasi dengan komunitas-komunitas lain untuk membuat gerakan ini menjadi semakin masif, misalnya dengan gerakan bersama membersihkan sampah di acara car free day sembari memberi edukasi pada orang-orang yang ada di sana.  

Baca Juga: Atasi Persoalan Sampah Plastik dengan Ekonomi Sirkular, Bagaimana Masyarakat Dapat Berkontribusi?

Diky mengatakan kita perlu ingat bahwa sampah kita tidak hanya bisa merusak lingkungan, tapi juga membahayakan kesehatan orang lain dan mencelakakan makhluk hidup lain. Hal ini telah terbukti dengan banyaknya burung dan hewan laut yang mati karena memakan sampah. Oleh karena itu, tegasnya, kita perlu segera membuat perubahan.

"Ketika kita tidak bisa mengelola sampah kita, tidak bisa menguranginya, maka itu akan membahayakan lingkungan dan makhluk hidup lain," pungkasnya.