Melihat Ulang Ancaman Sesar Lembang yang Disebut Membahayakan Bandung

By Utomo Priyambodo, Selasa, 23 Maret 2021 | 08:00 WIB
Kota Bandung dari atas. (Wikimedia Commons/BxHxTxCx)

Peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Muhammad Haikal Sedayo, pernah membuat sebuah riset untuk mengestimasi besar kerugian Kota Bandung akibat Sesar Lembang. Hasil perhitungannya begini: Apabila Sesar Lembang menimbulkan gempa 6,8 magnitudo, Kota Bandung diperkirakan bakal menderita kerugian rata-rata sebesar Rp 61 triliun dengan standar deviasi +/- Rp 20,93 triliun.

Terkait dengan ancaman gempa Sesar Lembang terhadap wilayah Kota Bandung ini, geolog independen Awang Harun Satyana memiliki pendapat berbeda. Menurutnya, wilayah Kota Bandung cenderung aman dari bahaya Sesar Lembang. Pertama, karena di antara wilayah Sesar Lembang dan Kota Bandung terdapat gunung-gunung api yang akan melemahkan gaya gempa dari Sesar Lembang ke Kota Kembang tersebut.

Selain itu, Awang juga meragukan bahwa Sesar Lembang benar-benar dapat menghasilkan gempa bumi hingga sebesar 6,5 sampai 7 Magnitudo. "Gempa-gempa yang tercatat pernah terjadi di Sesar Lembang selama ini hanyalah gempa-gempa kecil," kata Awang alam acara webinar bertajuk "Melihat Ulang Ancaman Gempa dari Megathrust Jawa dan Sesar Lembang: Pertimbangan Geotektonik" pada Sabtu (13/3/2021).

Baca Juga: Rawan Bencana, BNPB akan Pasang Papan Informasi di Sepanjang Sesar Lembang

Observatorium Bosscha di Lembang. (Wikipedia Fauziah)

 

Lebih lanjut Awang menjelaskan bahwa di kalangan para ahli geologi sendiri terdapat perbedaan pendapat mengenai Sesar Lembang. Setidaknya ada empat mazhab pandangan terkait Sesar Lembang, yakni sebagai berikut.

Mazhab 1: Sesar Lembang sebagai bentukan dari proses magmatik Gunung Sunda.Mazhab 2: Ditemukan bukti ketidakselarasan di 500 hingga 2000 tahun lalu pada Sesar Lembang berdasarkan hasil penyelidikan geologi, sehingga diperkirakan sesar ini memiliki potensi gempa hingga 7 magnitudo. Mazhab 3: Sesar Lembang adalah sesar mendatar (strike-slip). Deformasi Sesar Lembang bersifat creeping (merayap) dan gempa-gempa yang dihasilkan hanyalah gempa-gempa kecil.Mazhab 4: Belum bisa memastikan tingkat aktivitas Sesar Lembang karena belum cukup data.

Baca Juga: Sesar Kairatu, Pemicu Serangkaian Gempa di Ambon

Berdasarkan data-data yang ia telaah, Awang sendiri meyakini bahwa Sesar Lembang terbentuk dari hasil aktivitas vulkanis dari dua gunung api di dekatnya. "Jadi ini adalah sesar lama, dulunya terjadi karena collapse (runtuhan) Gunung Sunda dan Gunung Tangkuban Parahu," ujarnya. Sesar ini terbentuk pada 105 ribu hingga 24 ribu tahun yang lalu.

Karena ada gaya subduksi lempeng, Sesar Lembang kemudian terbentuk menjadi sesar mendatar yang sinistral atau bergeser ke arah kiri. Laju pergeseran sesar ini adalah 4 sampai 6 milimeter per tahun, kata Awang.

Posisi tektonik Sesar Lembang ada di intraplate alias tengah lempeng, bukan di tepi lempeng atau suture teran (sambungan mikrolempeng) seperti Sesar Palu, Sesar Sumatra, Sesar Sorong. Maka, menurut Awang, reaktivasi Sesar Lembang akan bersifat sekunder, yakni karena adanya propagasi tekanan dari tepi lempeng.