Bagaimana Si Pendiam Menjadi Paling Populer Dibanding Beatles Lainnya

By Fikri Muhammad, Selasa, 30 Maret 2021 | 21:00 WIB
Potret George Harrison di kolam berenang yang jadi poster film Living in Material World. (MARTIN SCORSES PICTURES)

Nationalgeographic.co.id—John Lennon yang telah lama pergi telah dipuja sebagai tokoh bersejarah yang ikonik. Legenda hidup Paul McCartney dan Ringgo Starr masih jadi bahan teriakan pemujanya hingga sekarang. Tapi George Harrison selalu jadi "kuda hitam" diantara The Fab Four.

Namun jika kita mengukur kekuatan sejati dan sifat abadi dari musik George, kita hanya perlu melihat tangga lagu. Sejak musik solonya dan katalog The Beatles yang tersedia di layanan saluran musik daring, membawa musiknya secara konsisten berada di puncak.

Kejutan bagi para penggemar bahwa lagu Here Comes the Sun melebihi lagu The Beatles apapun di Spotify seperti Yesterday, Hey Jude, dan Let It Be. Angka pemutaranya mencapai 613.934.649. Personel yang dikenal sebagai "The Quiet One" pada masa jaya 60-an itu tidak lagi senyap tak bersuara. Bahkan Martin Scorcese rela menyempurnakan personanya dengan menyutradarai Living in the Material World pada 2011. 

Baca Juga: Asal-Usul Penginjilan Kampung Mutus dan Kisah Orang Betew Rajaampat

The Beatles berkostum parade saat mengisi album Sgt. Pepper. (Beatles Archive)

Bagi mereka yang mengenal George dan keabadian musiknya, secara alami mengatakan bahwa ia cocok untuk pendengar di generasi berikutnya. Dia punya berkat pemberian dari Tuhan dengan kemampuan musikalitas yang hebat. 

"Dia menulis lagu-lagu orisinil yang brilian dan memainkan slide gitar terhebat," kata Jeff Lynne dari ELO, rekan band Travelling Wilbury yang juga bekerja sama dengan George. "Bekerja dengan George adalah kesempatan terbesar dalam hidup saya, sungguh. Kesempatan terbesar yang bisa saya harapkan," katanya di CNBC THINK.

Selama sepuluh tahun, Lynne dan George hampir tak terpisahkan. Mereka merekam album Cloud 9 dan menampilkan tangga lagu puncak global dengan Got My Mind Set On You dan When We Was Fab. Pekerjaan bersama yang mereka lakukan itu membantu menempatkan George kembali di peta artis solo tahun 70-an dan 80-an.

Memang pekerjaan yang dilakukan pasangan itu bersama-sama membantu menempatkan Harrison kembali di peta sebagai artis solo setelah tahun 1970-an dan 80-an yang berbatu, dan mengatur panggung untuk popularitasnya yang abadi.

George Harrison merayakan ulang tahun ke-21 pada 25 Februari 1964. (FOTO OLEH LARRY ELIS / EXPRESS NEWSPAPER)

 

George telah memperkenalkan musik mainstream dengan sitar, meditasi, dan Hari Krishna ke Amerika Serikat. Juga bisa dibilang sebagai penemu konser amal rock all-star di 1971 dengan Concert for Bangladesh.

“Dunia yang kita tinggali sekarang - dunia yang benar-benar berbahaya dari berita konstan dan mengerikan yang dibangun di seputar ketenaran dan gosip - dia hidup di dunia itu jauh sebelum orang lain,” kata Dhani Harrison, anak George Harrison di CNBC THINK.

Baca Juga: Studi Ungkap Psikologi Pelaku Bom Bunuh Diri, Ternyata Mirip Tentara

Beatles sampai di Bandara JFK 1964 (Latimes)

Dhani juga mengatakan bahwa penggemar muda akan suka dengan musik ayahnya. 

"Mengapa kita mencintai Bob Dylan? Karena dia melukis cerita dalam dua detik," katanya. "Saya rasa musik ayah juga melakukan itu. Seni yang bagus untuk mencerminkan waktunya, tetapi juga menceritakan kisah tentang apa yang terjadi dengan anda. Jadi karena musik ayah saya mendahului waktunya dan sangat jujur, menurut saya, itu benar-benar bergema hari ini dengan cara yang berarti."

Seiring dengan keabadian musiknya, baik sebagai Beatles maupun penyanyi solo, George tetap menjadi penawar yang indah. Bagi masa depan dunia yang ia impikan bertahun-tahun lalu, yang tidak pernah ia lihat.