Kebakaran Kilang Minyak akibat Sambaran Petir di Negara-negara Tropis

By Utomo Priyambodo, Selasa, 30 Maret 2021 | 14:00 WIB
Terbakarnya kilang minyak Pertamina di Balongan, Indramayu, Jawa Barat. (Kompas.com/ALWI)

Asdrubal Chavez, wakil presiden untuk penyulingan PDVSA, mengatakan kepada televisi pemerintah bahwa fasilitas kilang minyak tersebut memmiliki kapasitas 187.000 barel per hari (bpd). "Tidak ada korban jiwa atau cedera," kata Menteri Penerangan Delcy Rodriguez menambahkan.

Pada 2012, dalam jarak sebulan, sambaran petir juga pernah memabakar kilang minyak El Palito di Venezuela sebanyak dua kali. Untungnya, tidak ada korban jiwa maupun cedera atau luka juga dalam dua kali kebarakan pada kilang minyak yang berkapasitas 146.000 bpd di negara tropis di Amerika Selatan itu.

Adapun dalam kebakaran kilang minyak di Indramyu, Indonesia, pada akhir Maret ini, terdata setidaknya ada lima orang yang mengalami luka bakar berat dan 15 orang mengalami luka bakar ringan. Kompas.com menambahkan, ada juga seorang lansia yang diduga meninggal akibat serangan jantung saat terjadi ledakan di kilang minyak Balongan tersebut. Diduga, ketika mendengar ledakan yang begitu kencang, korban yang memiliki riwayat penyakit jantung itu langsung terjatuh dan meninggal dunia.

Pada dasarnya, sambaran petir memang bisa menyebabkan ledakan dan kebakaran pada kilang minyak. "Kejadian (kebakaran) karena petir sebenarnya sudah berulang kali terjadi di kilang-kilang minyak instalasi Pertamina," kata peneliti petir sekaligus Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof Dr Dipl Ing Ir Reynaldo Zoro, seperti dilansir Kompas.com.

Baca Juga: Begitu Dahsyat Ledakan Beirut Lebanon sampai Atmosfer Bumi Terguncang

Zoro menjelaskan, jenis petir yang ada di Indonesia berbeda dengan jenis petir yang masuk dalam standar keamanan yang dipakai Internasional. Standar ini pula yang diacu oleh Pertamina.

"Jadi artinya kurang cukup, perlu proteksi yang lebih (untuk kilang minyak terhadap petir di Indonesia)," ujar Zoro.

Berdasarkan riset yang dilakukannya sejak tahun 1992, Zoro menemukan adanya karakteristik khusus pada petir tropis di Indonesia. "Itu berbeda dengan karakteristik petir subtropis yang dijadikan (acuan) standar internasional (untuk perlindungan tangki minyak) dan menjadi acuan Pertamina sekarang."

Petir di Indonesia, menurut penjelasan Zoro, sangatlah spesifik. Dalam standar kilang minyak internasional, disebutkan bahwa tangki minyak tidak perlu diberi proteksi tambahan karena dianggap sudah aman. Namun, "ternyata kalau di Indonesia enggak (cukup). Karena petir kita ternyata memiliki karakteristik berbeda," kata Zoro.

Zoro menjelaskan karakteristik petir di Indonesia memiliki ekor yang lebih panjang dan amplitudonya lebih tinggi. "Sehingga bagian tangki yang di atas, kalau kena petir bisa bolong. Kalau sudah bolong, ada (tercipta) segitiga api berupa oksigen, api, dan ada bahan bakar (yang bisa menyebabkan ledakan)," papar Zoro.

Baca Juga: Ada Pertanda Buruk di Balik Warna Oranye Langit Kota Beijing