Sisik Melik di Balik Aksara Cina di Papan 'Kopi Es Tak Kie' Glodok

By Agni Malagina, Minggu, 4 April 2021 | 15:38 WIB
Didirikan pertama kali oleh seorang perantau dari Tiongkok bernama Liong Kwie Tjong. Awalnya kedai ini hanyalah sebuah tempat warung kopi yang berada di kawasan Petak Sembilan. (Donny Fernando/National Geographic Indonesia)

 

Nationalgeographic.co.id—Sajian khas Pecinan Glodok tampaknya tak habis dicecapi dalam semalam. Seruas jalan sempit telah menjadi saksi semaraknya deretan kedai dan toko kawasan pecinan ini, Gang Gloria. Kawasan ini turut menandai denyut kesibukan Pecinan Glodok sejak awal abad ke-19.

Toponimi "Gang Gloria" menandai memori warganya tentang Pertokoan dan Bioskop Gloria —sebelumnya bernama Chunghoa Bioscoop—yang diresmikan pada 1952. Setidaknya pernah ada tiga biskop yang lokasinya berdekatan di pecinan ini: Shanghai, Orion, dan Chunghoa. Pertokoan Gloria sohor pada 1970-an hingga 1990-an. Namun, kompleks pertokoan ini terbakar pada 2009.

Kini, di sepanjang Gang Gloria kita bisa menyaksikan bentangan berbagai gerai dari baktim, pi oh, nasi ayam Hainan, sampai warung Soto Betawi Afung. Terpajang juga deretan warung dari asinan juhi, nasi campur, sampai lontong Cap Go Meh. Semua aroma hidangan berpadu sepanjang gang tersebut.

Sebuah kedai kopi yang menjadi tengara warga kota tentang kehidupan di pecinan pada awal abad ke-20 masih tampak mengepul di sudut Gang Gloria. “Kopi Es Tak Kie”, demikian namanya. 

Kedai ini dikelola oleh Latif Yulus, yang lebih akrab disapa Koh Ayauw (62). Kedai ini terletak di Jalan Pintu Besar Selatan III No. 4-6, Pancoran, Glodok. Buka mulai pukul tujuh pagi sampai pukul dua siang.

Kopi Ijs 'Tak Kie'. Liong Tjoen, adalah generasi kedua yang meneruskan usaha tersebut. Sejak saat itu kedai Tak Kie mulai menetap di Gang Gloria. Koleksi keluarga Liong. (Donny Fernando/National Geographic Indonesia)

Baca Juga: Wihara Dharmakaya, Riwayat Arsitektur Eropa di Klenteng Pecinan Bogor