Sisik Melik di Balik Aksara Cina di Papan 'Kopi Es Tak Kie' Glodok

By Agni Malagina, Minggu, 4 April 2021 | 15:38 WIB
Didirikan pertama kali oleh seorang perantau dari Tiongkok bernama Liong Kwie Tjong. Awalnya kedai ini hanyalah sebuah tempat warung kopi yang berada di kawasan Petak Sembilan. (Donny Fernando/National Geographic Indonesia)

Ayauw merupakan generasi ketiga pengelola kedai ini sejak 1976. Ia mengatakan kepada saya bahwa warung ini berdiri pada 1927. Nama Tak Kie berasal dari kata “Tak” yang artinya orang yang bijaksana, sederhana dan tidak macam-macam. Sementara kata “Kie” berarti mudah diingat orang.

Awalnya, Tak Kie belumlah berupa kedai kopi seperti sekarang ini, demikian ungkap Ayauw. Ketika itu primadona dagangan kedai klasik ini adalah teh. Sisik melik dagangan awal kedai ini justru masih terpampang dalam untaian aksara Han di papan namanya—de ji cha shi atau Kedai Teh Tak Kie.

Namun, lambat laun kopi mulai mendominasi dan lebih disukai, sehingga sajian teh berangsur tak lagi diminati. Ayauw mengenang, "Dulu penganan di warung ini macam-macam, ada tausa, lemper, macam-macam pia, dan cakwe. Tiap pagi, saya tinggal geser lemari ngambil jajanan. Dulu di sini juga jual bubur. Sekarang tidak ada lagi. Sejak tahun 70-an, pelanggan sudah nggak suka lagi jajanan dan bubur. Jadinya hanya jual mi dan nasi campur."

Baca Juga: Apa Perbedaan Kopitiam dan Kedai Kopi Kekinian?

Chunghoa Bioscoop dan Restoran Kam Leng dalam denyut kesibukan Pecinan Glodok pada. Menurut ANRI, pada 26 Maret 1952, kedua gedung ini menjadi Perotoan Gloria. Semenjak saat itu Gang Gloria menjadi toponimi jalan kecil itu. (Tropenmuseum)

Di masa lalu, ada cara unik menikmati segelas kopi hangat atau es kopi di sini. "Dulu jaman saya kecil, itu cakwe jadi teman minum kopi. Cakwe dicelupin ke kopi sampai nyerep hampir putus, langsung dimakan," ujar Ayauw.

Ayauw pun masih mengingat jelas bahwa roti sarikaya juga dijual di kedainya. "Rotinya nggak dibakar kaya sekarang," ujarnya membandingkan mata dagangan Tak Kie klasik dengan kedai kopi masa kini.

Tak Kie telah berdiri lebih dari delapan dekade dan menjadi saksi untaian peristiwa bersejarah yang terjadi di Ibu Kota Jakarta—sejak masa kolonial hingga era reformasi. Menu-menu kuliner khas warung kopi peranakan Tionghoa pun sudah berubah tergerus waktu. Saat ini Tak Kie hanya menyajikan kopi hitam, kopi susu, es kopi, es kopi susu.

Namun, ada menu kopi andalan Tak Kie yang harus diminta dengan pesanan khusus, Kopi Tak Tak. "Ini menu khusus, Kopi Tak Tak, 'kopi tantangan'. Rasanya kuat, dijamin melek. Kopinya racikan dan khas Tak Kie, kopi lamping campur dengan resep khusus jadilah cita rasa khas Tak Kie!" ujar Ayauw kepada saya. Barangkali, sajian kopi ini setara dengan kopi espresso.

Baca Juga: Perlombaan Panjat Pinang Berakar dari Tradisi Pecinan Nusantara